Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Milisi Myanmar Menahan Serangan terhadap Militer Setelah Warga Serukan Perdamaian

Kompas.com - 16/06/2021, 09:23 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - Sebuah kelompok milisi di Negara Bagian Kayah yang dilanda konflik Myanmar mengumumkan penghentian serangan terhadap sasaran militer pada Selasa (15/6/2021).

Keputusan itu diambil setelah adanya seruan dari masyarakat setempat untuk menghentikan pertempuran. Pasalnya serangan itu telah merusak rumah dan membuat lebih dari 100.000 orang mengungsi.

Baca juga: Viral di Internet, Gerakan Anti-junta Militer Myanmar Dukung Rohingya

Pasukan Pertahanan Nasional Karenni (KNDF), salah satu yang terbesar dari beberapa milisi sipil yang dibentuk dalam beberapa pekan terakhir untuk menentang kudeta militer 1 Februari, mengatakan untuk sementara menangguhkan serangan.

Tetapi mereka menekankan tetap menentang pengambilalihan junta militer Myanmar.

"KNDF mendesak orang-orang untuk bersatu," katanya dalam sebuah pernyataan melansir Reuters pada Selasa (15/6/2021).

Pasukan Pertahanan Rakyat yang bersekutu dengan kelompok-kelompok pro-demokrasi telah membantu menahan upaya junta untuk mengonsolidasikan kekuasaan.

Tetapi beberapa aktivis mengatakan penggunaan senjata berat oleh junta militer Myanmar sebagai tanggapan atas serangan mereka telah membahayakan nyawa tak berdosa.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah Aung San Suu Kyi.

Kudeta dilakukan dengan alasan penolakan militer dan untuk mengatasi apa yang dikatakannya sebagai penipuan dalam pemilihan November.

Sementara Pengamat internasional mengatakan pemungutan suara itu adil.

Baca juga: Menlu China: Beijing Dukung Myanmar Pilih Jalannya Sendiri

Milisi, banyak yang dipersenjatai dengan senapan berburu. Selama berminggu-minggu mereka telah menyergap pasukan keamanan di wilayah perbatasan Myanmar. Termasuk di Negara Bagian Chin, Shan, Karen dan Kayah.

Banyak serangan yang mereka lakukan karena tuntutan yang tidak terpenuhi, untuk pembebasan orang-orang lokal yang ditangkap setelah bergabung dengan protes anti-kudeta nasional.

Militer menyebut mereka "teroris" karena bersekutu dengan Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang dilarang.

NUG, atau pemerintah bayangan Myanmar mengumumkan pembentukan milisi enam minggu lalu, sebagai bagian dari strateginya untuk mengalahkan junta.

NUG tidak segera menanggapi permintaan komentar dan juru bicara militer tidak menjawab panggilan Reuters.

Pengumuman KNDF datang beberapa hari setelah Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet mengutuk penggunaan senjata berat yang "keterlaluan" oleh tentara, termasuk di Negara Bagian Kayah.

Tetapi utusan PBB juga mendesak milisi untuk menjaga warga sipil dari bahaya.

Sementara itu, militer Myanmar pada Senin (15/6/2021) mengatakan Bachelet dalam kecamannya gagal menyebutkan "tindakan sabotase dan terorisme" dan "penderitaan dan kematian pasukan keamanan".

Baca juga: Pesawat Militer Myanmar Jatuh, Jumlah Korban Simpang Siur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com