TOKYO, KOMPAS.com - Jepang memiliki trik unik untuk menangani berkurangnya lahan permakaman, seiring jumlah populasi yang terus bertumbuh.
Caranya adalah dengan mengubur di pohon. Inisiasi praktik ini bermula pada awal 1970-an, saat pejabat publik Jepang khawatir dengan kurangnya ruang permakaman yang memadai di daerah perkotaan.
Selanjutnya sejak 1999, Kuil Shounji di Jepang utara menawarkan solusi inovatif untuk krisis ini yaitu Jumokuso atau penguburan pohon.
Baca juga: Tradisi Unik Cimburijada Bosnia: Masak dan Makan Telur Orak-arik Bersama
Dalam pemakaman ini, keluarga menempatkan sisa-sisa kremasi di tanah dan pohon ditanam di atas abu untuk menandai kuburan.
Melansir laman Fast Company pada Kamis (10/6/2021), kuil induk Shounji membuka situs kuil lebih kecil yang dikenal sebagai Chishoin dengan hutan kecil.
Di taman kecil itu, yang bebas dari batu nisan besar ala kuburan tradisional Jepang, para pendeta Buddha melakukan ritual tahunan untuk para mendiang.
Keluarga juga masih dapat mengunjungi makam orang yang dicintai dan melakukan ritual keagamaan mereka sendiri di situs tersebut.
Meski banyak keluarga yang memilih permakaman pohon tidak secara eksplisit mengidentifikasi diri sebagai orang Buddha, praktik tersebut mencerminkan minat yang lebih besar pada Buddhisme Jepang dalam tanggung jawab lingkungan.
Buddhisme Jepang secara historis memiliki relasi pada dunia lingkungan, yang kemungkinan dipengaruhi oleh kepercayaan Shinto tentang dewa yang hidup di alam.
Bedanya dengan Buddha India adalah, di "Negeri Bollywood" tanaman dianggap sebagai non-makhluk.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.