Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Penamparan Presiden Perancis Terancam Hukuman 3 Tahun Penjara

Kompas.com - 10/06/2021, 19:56 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com - Pria pelaku penamparan Presiden Perancis Emmanuel Macron terancam hukuman 3 tahun penjara.

Pria bernama Damien T telah ditahan sejak insiden penamparan pada Selasa (8/6/2021) dan diperkirakan akan dihukum karena dakwaan menyerang tokoh masyarakat.

Ancaman hukuman pelaku penamparan Presiden Perancis itu disampaikan hakim saat Damien pertama kali hadir di pengadilan di kota selatan Valence pada Kamis (10/6/2021).

Baca juga: Riwayat Kontroversi Macron: Dari Hina Agama sampai Lindungi Pemerkosa

Melansir AFP pada Kamis (10/6/2021), dakwaan menyerang tokoh masyarakat memiliki hukuman maksimal 3 tahun penjara dan denda 45.000 euro (Rp 780,3 juta).

Namun, pengadilan tetap akan mempertimbangkan catatan kriminal pelaku dan ungkapan penyesalan atas insiden Presiden Perancis ditampar itu.

"Dia berpendapat bahwa ia bertindak secara naluriah dan tanpa berpikir untuk mengungkapkan kekesalannya," sebuah pernyataan dari kantor kejaksaan setempat pada Rabu (9/6/2021) malam waktu setempat.

Teman-teman Damien T menggambarkan kepribadiannya sehari-hari cenderung pemalu dan pendiam.

Baca juga: Tak Hanya Ditampar, Macron Juga Sering Alami Insiden Memalukan Lainnya

Namun kepada penyidik, ia mengungkapkan bahwa dirinya adalah simpatisan dari gerakan unjuk rasa anti-pemerintah atau yang disebut "rompi kuning".

Pelaku penamparan Presiden Perancis tersebut memiliki orientasi politik cenderung ke kanan atau kanan jauh, tanpa memiliki afiliasi partai politik.

Penduduk desa Saint-Villier yang berambut panjang dan belum memiliki profesi tetap ini, sangat menyukai sejarah abad pertengahan dan seni bela diri.

Ia meneriakkan slogan royalis lama saat menampar Presiden Perancis Macron.

Baca juga: Buku Hitler dan Senjata Ditemukan di Rumah Pelaku Penamparan Presiden Perancis


Temannya yang bernama Arthur C, ditangkap juga pada saat yang sama pada Selasa (8/6/2021), setelah merekam aksi penamparan itu.

Namun, jaksa mengatakan bahwa ia tidak akan didakwa atas insiden tersebut.

Macron mengabaikan serangan tiba-tiba itu, dan ia bersumpah untuk terus bertemu para pemilih, meskipun ada kekhawatiran terhadap keamanan pribadinya.

Para pemimpin di seluruh spektrum politik telah menunjukkan satu suara yang langka dalam mengutuk insiden Presiden Perancis ditampar itu.

Baca juga: Ditampar Saat Tur Nasional, Begini Reaksi Presiden Perancis

Banyak yang melihatnya sebagai gejala dari iklim politik yang keras dan penurunan dari kualitas debat publik.

Sementara, Perancis beberapa pekan lagi akan menyelenggarakan pemilihan daerah dan kurang 10 bulan lagi akan melangsungkan pemilihan presiden.

Macron (43 tahun) yang peringkat pribadinya telah meningkat baru-baru ini, diperkirakan akan mencalonkan diri kembali untuk masa jabatan kedua pada tahun depan.

Jajak pendapat menunjukkan dia memegang keunggulan tipis atas saingan utamanya dari pemimpin sayap kanan, Marine Le Pen.

Baca juga: VIDEO: Presiden Perancis Ditampar Orang Saat Tur Nasional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com