Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru SD Dirumahkan Setelah Ungkapkan Tidak Setujui Anak-anak Transgender

Kompas.com - 30/05/2021, 06:37 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Daily Mail

RICHMOND, KOMPAS.com - Seorang guru sekolah dasar Virginia dirumahkan setelah mengatakan kepada dewan sekolah bahwa ia tidak akan menyetujui anak-anak transgender, karena berlawanan dengan agama Kristiani.

Byron Tanner Cross memberikan pidato di pertemuan sekolah di Loudoun County pada Selasa (25/5/2021).

Melansir Daily Mail pada Jumat (28/5/2021), dalam pidatonya Cross mempermasalahkan dua kebijakan yang telah ditetapkan oleh dewan sekolah umum, yaitu pertama, memaksa guru untuk menggunakan kata ganti yang mengidentifikasikan anak transgender.

Baca juga: Remaja Transgender Dapat 2 Pemakaman karena Orangtua Berdebat soal Gendernya

Kedua, mengizinkan anak transgender untuk mengambil bagian dalam olahraga dalam kelompok gender yang mereka identifikasi.

Guru pendidikan jasmani itu mengatakan bahwa kebijakan itu "mencemari ciptaan Tuhan" dan merupakan pelecehan anak.

"Nama saya Tanner Cross dan saya berbicara karena cinta untuk mereka yang menderita disforia gender," ujar Cross dalam pertemuan dewan sekolah.

Disforia gender atau bisa disebut gangguan identitas gender, yang merupakan ketidaknyamanan atau rasa tertekan karena ada ketidakcocokan antara jenis kelamin biologis dengan identitas gender mereka.

Baca juga: Di Pakistan, Ada Madrasah Khusus Transgender Pertama yang Didirikan

Ia menjelaskan bahwa ucapannya saat itu tidak berniat untuk menyakiti siapa pun, tapi hanya ingin mengatakan suatu kebenaran.

"Saya mencintai semua siswa saya, tetapi saya tidak akan pernah berbohong kepada mereka terlepas dari konsekuensinya," ujarnya.

"Saya seorang guru, tetapi saya melayani Tuhan terlebih dahulu dan saya tidak akan menegaskan bahwa anak kandung laki-laki bisa menjadi perempuan dan sebaliknya, karena itu bertentangan dengan agama saya," ungkapnya.

"Itu berbohong kepada seorang anak, itu pelecehan terhadap seorang anak, dan itu berdosa terhadap Tuhan kami," terangnya.

Baca juga: Pembawa Berita Transgender Pertama Bangladesh Ini Menangis Setelah Debut Siaran

Tak lama setelah pertemuan itu, Shawn Lacey, kepala sekolah SD Leesburg, mengirim email kepada orang tua yang mengatakan bahwa Cross telah dirumahkan.

Namun, tidak jelas berapa lama ia akan dirumahkan.

"Saya menghubungi Anda untuk memberitahu Anda bahwa salah satu guru pendidikan jasmani kami, Tanner Cross, sedang cuti mulai pagi ini. Dalam ketidakhadirannya, tugasnya akan dilakukan oleh staf pengganti yang sudah bekerja di sekolah kami," katanya.

Reaksi lokal terhadap keputusan sekolah beragam.

Baca juga: Kematian Tentara Transgender Pertama Korea Selatan Picu Amarah Publik

Loudon County, yang dihuni sekitar 400.000 orang, adalah wilayah yang memiliki masalah yang diperdebatkan seperti yang sedang melanda AS, mulai dari teori ras, hak transgender, hak gay, dan kebebasan berbicara.

Orang tua baru-baru ini angkat bicara tentang keputusan dewan sekolah baru-baru ini untuk mempromosikan keragaman. Namun, dalam pandangan orang tua, itu mengurangi kebebasan berbicara dan menyingkirkan tradisi.

Mereka mengatakan bahwa setiap kali mereka berbicara tentang apa pun, dewan sekolah mencoba untuk "membatalkan" itu.

Banyak orang tua yang memuji Cross sebagai pahlawan. Sebagian lainnya yang telah melihat video online itu menyebutnya transfobia, berbahaya bagi anak-anak dan seharusnya tidak diizinkan mengajar.

Baca juga: Tentara Transgender Pertama Korea Selatan Ditemukan Tewas di Rumahnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com