Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malaysia Tertekan Lonjakan Covid-19, Warga Luapkan Amarah Lewat Tagar #KerajaanGagal

Kompas.com - 26/05/2021, 19:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Covid-19 Malaysia memburuk dalam seminggu terakhir dengan infeksi harian dan kematian mencapai rekor tertinggi pada Selasa (25/5/2021).

Video lima petugas medis berbaju pelindung putih berjuang menyadarkan pasien Covid-19 di pusat karantina di tepi ibu kota Malaysia menjadi viral minggu lalu.

Pada Selasa (25/5/2021) Reuters melaporkan, perjuangan yang berakhir dengan kegagalan itu menimbulkan kemarahan di masyarakat “Negeri Jiran.”

Baca juga: POPULER GLOBAL: Insiden Tabrakan LRT Kelana Jaya Malaysia | Australia Jadi Target Rudal Balistik China

Banyak yang melihat tekanan pada sistem kesehatannya di tengah lonjakan kasus Covid-19 itu, sebagai akibat dari penanganan pandemi pemerintah yang salah langkah.

Selama berminggu-minggu tagar yang ramai di Twitter itu digunakan oleh orang Malaysia untuk menyuarakan kemarahan mereka.

"Kapal (negara) kami tenggelam. Kapten (pemerintah) tidak dapat dihubungi," komentar salah satu pengguna Twitter pada video akhir pekan lalu yang menggunakan tagar #KerajaanGagal, atau 'pemerintahan yang gagal.'

“Pada saat ini, cukup banyak yang malu menjadi orang Malaysia dengan pemerintahan seperti ini yang terus menerus gagal sampai kita dibandingkan dengan tetangga.” Tulis akun Gurmesh.

Akun Mahathir Mahzan berkicau “Kami membutuhkan tindakan yang berani, PM (Perdana Menteri) masa perang dan kabinet masa perang yang ramping dan efektif. Sayangnya kami memiliki kabinet yang bengkak dan sangat tidak kompeten.” #KekaisaranGagal

Baca juga: Covid-19 di Malaysia Naik 7.289 Kasus Sehari, Angka Tertinggi Baru

Meskipun keadaan darurat diberlakukan pada Januari, pemerintah Perdana Menteri Muhyiddin Yassin terlihat masih berjuang untuk mengendalikan infeksi. Hal ini memicu kemarahan publik.

Kementerian kesehatan dan kantor Muhyiddin tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Reuters melaporkan, pasien dalam klip video bernama Abdul Malik Daim (43 tahun), meninggal di samping tempat tidur susunnya, di fasilitas karantina pada Sabtu (22/5/2021).

Pasien Covid-19 Malaysia itu diketahui telah menjalani perawatan selama tiga hari, setelah dia dinyatakan positif mengidap penyakit tersebut.

“Meski batuk terus-menerus, pemeriksaan awal mendiagnosisnya sebagai penderita obesitas dengan tekanan darah tinggi. Abdul Malik dipandang sebagai pasien berisiko rendah karena tidak ada gejala lain,” kata saudaranya, Abdul Rahim Daim.

"Mungkin mereka harus menjalani pemeriksaan lagi atau menyuruh pasien untuk saling waspada, sehingga mereka bisa mendapatkan bantuan tepat waktu," katanya kepada Reuters.

Malaysia telah melaporkan lebih sedikit kasus daripada negara tetangga Indonesia dan Filipina.

Tetapi rasio infeksi, lebih dari 16.000 per satu juta, adalah yang tertinggi di Asia Tenggara, menurut data dari Pusat Studi Strategis dan Internasional.

Akan tetapi, kemarahan publik disebut mungkin tidak memiliki dampak politik langsung. Pasalnya parlemen Malaysia ditangguhkan selama keadaan darurat dan pemilihan umum tidak akan berlangsung hingga 2023.

Muhyiddin mengatakan pemilihan awal akan diadakan jika aman untuk dilakukan.

Baca juga: UPDATE Covid-19 Global: Penurunan Infeksi di Eropa dan Asia Tenggara, Evolusi Virus

Tanggung jawab bersama

Pada Minggu (23/5/2021), Muhyiddin mengatakan dia siap menerima kritik selama masyarakat memainkan perannya dalam mengendalikan infeksi.

"Mereka bisa memanggil saya 'perdana menteri bodoh', tidak apa-apa," katanya dalam wawancara yang disiarkan televisi.

"Saya tahu betapa sulitnya mengelola, tapi ini tanggung jawab kita bersama."

Pihak berwenang telah dikritik karena tidak memberlakukan pembatasan yang lebih ketat atau mengambil tindakan yang lebih keras terhadap pelanggaran lockdown.

Kampanye vaksinasi yang dimulai pada Februari, tapi ada tuduhan bahwa beberapa penerima vaksin mendapat dosis yang lebih rendah dari yang dibutuhkan.

Lonjakan Covid-19 Malaysia menekan sumber daya rumah sakit, di mana tingkat hunian melebihi 70 persen minggu lalu di tempat tidur dan unit perawatan intensif untuk pasien Covid-19.

Baca juga: Ratusan TKI Malaysia Pulang Secara Ilegal Melalui Nunukan, 5 Orang Positif Covid-19

Pakar kesehatan mengatakan kematian Abdul Malik adalah tanda sistem kewalahan dan menyerukan tindakan yang lebih kuat untuk mencegah keruntuhan.

Pihak berwenang memperketat pembatasan Covid-19 Malaysia selama akhir pekan, tetapi menghentikan penutupan penuh. Pemerintah menyatakan beberapa industri perlu tetap buka.

“Banyak yang khawatir bahwa penutupan yang ketat akan merusak perekonomian,” kata Adeeba Kamarulzaman, spesialis penyakit menular di Universitas Malaya.

"Tapi dampaknya akan lebih buruk, atau berlangsung lebih lama, jika kita melanjutkan dengan tindakan setengah hati."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Blokir Stasiun Kereta Api di Bologna Italia

Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Blokir Stasiun Kereta Api di Bologna Italia

Global
Jelang Pemilu, Calon Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak Saat Kampanye

Jelang Pemilu, Calon Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak Saat Kampanye

Global
Taliban Berupaya Segera Miliki Jalur Kereta Api

Taliban Berupaya Segera Miliki Jalur Kereta Api

Global
Ini Penjara Terkecil di Dunia yang Terdiri 2 Sel Tanpa Jendela

Ini Penjara Terkecil di Dunia yang Terdiri 2 Sel Tanpa Jendela

Global
Carlo Acutis, Remaja Italia yang Dijuluki 'Influencer Tuhan' Akan Jadi Santo Milenial Pertama

Carlo Acutis, Remaja Italia yang Dijuluki 'Influencer Tuhan' Akan Jadi Santo Milenial Pertama

Internasional
Setelah Tanah Longsor Papua Nugini, PBB Ingatkan Adanya Risiko Penyakit

Setelah Tanah Longsor Papua Nugini, PBB Ingatkan Adanya Risiko Penyakit

Global
Gunung Meletus di Islandia Muntahkan Lava Setinggi 50 Meter

Gunung Meletus di Islandia Muntahkan Lava Setinggi 50 Meter

Global
Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir, Persempit Gerakan Hamas

Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir, Persempit Gerakan Hamas

Global
Rangkuman Hari Ke-826 Serangan Rusia ke Ukraina: Polemik Larangan Senjata | Belarus Tangguhkan CFE

Rangkuman Hari Ke-826 Serangan Rusia ke Ukraina: Polemik Larangan Senjata | Belarus Tangguhkan CFE

Global
Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Global
Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Internasional
Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Global
[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

Global
Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com