Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Palestina-Israel: Bantuan Kemanusiaan Pertama Tiba, tapi Rekonstruksi Gaza Butuh Bertahun-tahun

Kompas.com - 23/05/2021, 06:05 WIB

GAZA, KOMPAS.com - Konvoi pertama bantuan kemanusiaan tiba di Gaza, beberapa jam setelah berlakunya gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas pada Jumat (21/5/2021) dini hari.

Ribuan warga Palestina kembali dari pengungsian, tapi melihat tempat tinggal mereka sudah hancur. Kalangan pejabat setempat menyatakan perlu bertahun-tahun untuk melakukan rekonstruksi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan pembentukan koridor khusus bagi warga yang luka-luka untuk dievakuasi.

Baca juga: Kekhawatiran Warga di Jalur Gaza: Ini Bukan Perang Terakhir

Lebih dari 250 orang tewas akibat konflik bersenjata 11 hari, sebagian besar di Gaza. Baik Israel maupun Hamas saling mengeklaim kemenangan.

Di Israel selatan, para warga turut merayakan gencatan senjata, namun banyak yang khawatir bahwa konflik sewaktu-waktu bisa muncul lagi.

Truk-truk dari berbagai lembaga bantuan, termasuk yang berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), telah berdatangan dengan membawa barang-barang kebutuhan medis, pangan, dan bahan bakar ke Gaza, setelah Israel membuka pos perlintasan Kerem Shalom.

Lebih dari 100.000 orang terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka di Gaza, yang dikuasai kelompok Hamas, dan hampir 800.000 orang kini tidak memiliki akses ke air bersih, ungkap badan PBB urusan anak-anak Unicef.

Kalangan pejabat Palestina mengatakan butuh jutaan dolar untuk membangun kembali wilayah-wilayah yang hancur, apalagi kini penduduk tengah dikhawatirkan dengan pandemi Covid-19.

Margaret Harris, juru bicara WHO, menyerukan segera dibuka akses bagi pasokan medis dan tenaga kesehatan ke Gaza, karena fasilitas kesehatan di wilayah itu berisiko dipenuhi oleh ribuan warga yang luka-luka.

Baca juga: Biden Janji Bangun Ulang Gaza yang Hancur Lebur akibat Konflik Israel-Palestina

Selama bertahun-tahun Gaza sering diblokade oleh Israel dan Mesir sehingga menyulitkan lalu lintas warga dan barang. Alasan dari kedua negara itu adalah khawatir adanya pasokan senjata ke Hamas.

Badan PBB urusan Pengungsi Palestina (Unwra) mengatakan bahwa prioritasnya adalah mengidentifikasi dan membantu puluhan ribu warga yang kehilangan tempat tinggal, sehingga segera butuh bantuan 38 juta dollar AS (Rp 546 triliun).

Pada Kamis (20/5/2021), Kementerian Perumahan Gaza mengatakan bahwa 1.800 unit rumah sudah tidak layak huni dan 1.000 unit sudah hancur.

"Kerusakan yang dibuat dalam kurun kurang dari dua pekan akan butuh waktu bertahun-tahun, jika tidak puluhan tahun, untuk membangun kembali," kata Fabrizio Carboni, direktur Timur Tengah dari Komite Internasional Palang Merah (ICRC).

Warga Gaza bernama Samira Abdallah Nasser mengaku rumahnya yang bertingkat dua di dekat Kota Beit Hanoun hancur lebur akibat serangan.

"Ketika pulang ke rumah, kami sudah tidak punya tempat untuk berteduh, sudah tidak ada air, listrik, tempat tidur, semuanya sudah tidak ada lagi," kata Samira kepada kantor berita Reuters. "Kami pulang ke rumah yang sudah hancur seluruhnya."

Baca juga: Biden Puji Gencatan Senjata Israel-Hamas di Gaza

Warga lainnya bernama Azhar Nsair kepada Associated Press mengatakan, "Kami melihat kehancuran yang begitu besar di sini, baru kali ini kami menyaksikannya."

Pertempuran antara Israel dan kelompok Hamas di Gaza dimulai 10 Mei setelah ketegangan yang kian panas selama beberapa pekan yang berpuncak pada bentrokan antara polisi Israel dan warga Palestina di kompleks masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.

Hamas saat itu mulai menembakkan roket setelah memperingatkan aparat keamanan Israel untuk mundur dari kompleks suci itu, dan dibalas oleh Israel dengan serangan udara.

Sedikitnya 248 orang, termasuk lebih dari 100 perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza, menurut kementerian kesehatan setempat.

Israel mengklaim telah membunuh sedikitnya 225 militan selama pertempuran 11 hari, namun Hamas belum mengumumkan data soal jumlah anggotanya yang tewas.

Di Israel, 13 orang termasuk dua anak-anak dan seorang tentara tewas, ungkap layanan medis negara itu.

Baca juga: Gaza Palestina Hari Ini: Israel dan Hamas Umumkan Gencatan Senjata

Warga di Israel keluar dari tempat perlindungan darurat

Sementara itu banyak keluarga Yahudi bisa meninggalkan tempat perlindungan darurat. Pembatasan darurat sudah dicabut dan semua sekolah akan dibuka kembali pada Minggu (23/5/2021).

Militer Israel mengatakan bahwa Hamas menembakkan lebih dari 4.300 roket selama konflik, 90 persen di antaranya berhasil dihancurkan oleh sistem pertahanan udara Kubah Besi.

Namun, ada sejumlah roket Hamas yang lolos dan menghancurkan sejumlah bangunan, termasuk rumah-rumah warga dan sinagog.

Banyak roket yang ditembakkan mengarah ke kota-kota di Israel bagian selatan, seperti Ashkelon.

Warga setempat bernama Tammy Zamir kepada kantor berita Reuters mengaku senang bahwa konflik sudah berakhir, namun dia juga "yakin akan ada eskalasi baru."

Di Kota Ashdod, warga 25 tahun bernama Dan Kiri mengatakan Israel harus terus menyerang Hamas sampai hancur, sambil menambahkan, "Tinggal menunggu waktu hingga ada operasi berikut di Gaza."

Walau sudah berlangsung gencatan senjata pada Jumat dini hari (20/5/2021), namun tetap terjadi bentrokan di masjid Al-Aqsa siangnya setelah shalat Jumat.

Polisi Israel menembakkan granat kejut ke para pemrotes Palestina, yang melempari mereka dengan batu dan bom bensin ke petugas. Sedikitnya 20 warga Palestina luka-luka, ungkap tim medis.

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa solusi dua negara merupakan jalan satu-satunya untuk mengatasi konflik.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dia menambahkan bahwa tidak akan ada perdamaian, kecuali jika kawasan itu secara tegas mengakui hak keberadaan Israel.

Biden juga mengatakan bahwa AS akan mengorganisir bantuan internasional untuk membantu pembangunan kembali di Gaza.

Baca juga: Misi Rahasia Israel di Balik Penghancuran Gedung-gedung Utama Gaza

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Burung Kakatua di Australia Bisa Buka Tong Sampah, Jadi Masalah Warga

Burung Kakatua di Australia Bisa Buka Tong Sampah, Jadi Masalah Warga

Global
Serangan Skala Besar Ukraina Dimulai, Pasukan Kyiv Menuju Bakhmut

Serangan Skala Besar Ukraina Dimulai, Pasukan Kyiv Menuju Bakhmut

Global
Radio Rusia Diretas, Siarkan Pidato Palsu Putin Umumkan Invasi Ukraina

Radio Rusia Diretas, Siarkan Pidato Palsu Putin Umumkan Invasi Ukraina

Global
Serangan Dunia Maya Menyasar British Airways dan BBC, Geng Kriminal Rusia Ikut Andil

Serangan Dunia Maya Menyasar British Airways dan BBC, Geng Kriminal Rusia Ikut Andil

Global
Set Film Barbie Disebut Habiskan Banyak Warna Pink, Ganggu Pasokan Cat AS

Set Film Barbie Disebut Habiskan Banyak Warna Pink, Ganggu Pasokan Cat AS

Global
Australia Peringatkan Munculnya El Nino, Cuaca Akan Lebih Kering

Australia Peringatkan Munculnya El Nino, Cuaca Akan Lebih Kering

Global
Sopir Bus di Australia Tewas Setelah Tabrak Unta

Sopir Bus di Australia Tewas Setelah Tabrak Unta

Global
Bendungan Kakhovka Ukraina Hancur Sebagian, Rusia dan Kyiv Saling Tuduh

Bendungan Kakhovka Ukraina Hancur Sebagian, Rusia dan Kyiv Saling Tuduh

Global
Simpang Siur Simbol Nazi Pasukan Ukraina, Sulitkan Posisi Dukungan

Simpang Siur Simbol Nazi Pasukan Ukraina, Sulitkan Posisi Dukungan

Global
Hubungan Negara Membaik, Warga Australia yang Dihukum Mati di Vietnam Diberi Grasi

Hubungan Negara Membaik, Warga Australia yang Dihukum Mati di Vietnam Diberi Grasi

Global
Kumpulkan Data Anak Tanpa Izin, Microsoft Bayar Denda 20 Juta Dollar AS

Kumpulkan Data Anak Tanpa Izin, Microsoft Bayar Denda 20 Juta Dollar AS

Global
Perseteruan Antar Tetangga di Florida Picu Insiden Penembakan

Perseteruan Antar Tetangga di Florida Picu Insiden Penembakan

Global
Rusia Siap Pertimbangkan Proposal Perdamaian dari Indonesia

Rusia Siap Pertimbangkan Proposal Perdamaian dari Indonesia

Global
Rangkuman Hari Ke-467 Serangan Rusia ke Ukraina: Muncul Pidato Palsu Putin, Grup Warger Tawan Tentara Rusia

Rangkuman Hari Ke-467 Serangan Rusia ke Ukraina: Muncul Pidato Palsu Putin, Grup Warger Tawan Tentara Rusia

Global
Tertangkap Kamera, Perempuan Ini Curi Kalung Emas dari Leher Gadis Kecil di Keramaian

Tertangkap Kamera, Perempuan Ini Curi Kalung Emas dari Leher Gadis Kecil di Keramaian

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+