GAZA, KOMPAS.com - Seiring dengan pertempuran antara Israel dan Palestina yang terus meningkat, platform media sosial TiktTok telah menjadi forum untuk menyiarkan ketegangan.
Dikenal karena konten tariannya yang viral, aplikasi video ini kini menjadi platform utama untuk berbagi berita dan diperkirakan memiliki 700 juta pengguna aktif di seluruh dunia, yang sebagian besar adalah kaum muda.
Rekaman tembakan roket di Israel, kehancuran di Gaza, dan protes Palestina semuanya menjadi viral di platform tersebut. Hal ini telah membawa konflik ke layar ponsel orang-orang di seluruh dunia.
Baca juga: Ditanya soal Israel, Biden Bercanda Bakal Tabrak Jurnalis Penanya
Namun, ada juga kekhawatiran bahwa TikTok dan situs media sosial lainnya menyebarkan kebohongan atau ekstremisme.
Kekerasan yang terjadi pekan ini di Gaza dan Israel adalah yang terburuk sejak 2014, seperti yang dilansir dari BBC Indonesia pada Minggu (16/9/2021).
Itu terjadi setelah berminggu-minggu meningkatnya ketegangan Israel-Palestina di Yerusalem Timur, yang memuncak dengan bentrokan di situs suci yang dihormati oleh Muslim dan Yahudi.
Hamas, kelompok Palestina yang menguasai Gaza, mulai menembakkan roket setelah memperingatkan Israel untuk mundur dari situs tersebut, yang kemudian memicu serangan udara balasan.
Bahkan sebelum pertempuran terbaru meletus, ketegangan antara warga Palestina dan Israel telah terjadi di TikTok.
Pada April, video remaja di Yerusalem Timur yang menampar dua anak laki-laki Yahudi Ortodoks di transportasi umum menjadi viral di aplikasi itu. Polisi menangkap dua tersangka pada minggu berikutnya.
Klip yang mengutarakan protes juga mulai muncul di TikTok.
Pengguna mengunggah video dengan tagar #SaveSheikhJarrah, merujuk pada ancaman penggusuran keluarga Palestina di Yerusalem Timur. Video semacam itu sekarang banyak dilihat dan dibagikan di seluruh dunia.
Baca juga: Israel Luncurkan Serangan Artileri ke Lebanon untuk Balas Hezbollah Pendukung Palestina
Chris Stokely-Walker, penulis "TikTok Boom: China, the US and the Superpower Race for Social Media", mengatakan kepada BBC bahwa kemudahan penggunaan TikTok dan popularitasnya yang luas memungkinkan penyebaran kontennya dengan cepat.
"Membuat video melalui aplikasi sangat sederhana sehingga siapa pun dari usia 12 tahun hingga 90 tahun benar-benar dapat melakukannya sendiri tanpa banyak keahlian teknis," katanya.
"Ini juga karena ukuran audiens, kita tahu bahwa TikTok memiliki sekitar 732 juta pengguna aktif bulanan di seluruh dunia. Jadi jika Anda mengunggah sesuatu maka kemungkinan besar itu akan dilihat oleh banyak orang," lanjutnya.
Pengguna TikTok, serta situs media sosial lainnya, seperti Facebook, Instagram dan Twitter, menggunakan tagar #SaveSheikhJarrah di samping rekaman bentrokan dengan pasukan keamanan Israel, serta situasi di lapangan di Gaza.