GAZA CITY, KOMPAS.com - Pemerintah Gaza menyatakan, 42 orang tewas dalam serangan udara Israel, insiden terparah sejak konflik dimulai sepekan ini.
Dalam bombardir yang dilakukan Minggu (16/5/2021), 16 perempuan dan 10 anak termasuk di antara korban tewas.
Sementara dari pihak Israel, mereka mengeklaim 10 orang, termasuk dua anak, terbunuh oleh roket Hamas sejak Senin lalu (10/5/2021).
Baca juga: Ikut Aksi Bela Palestina, Supermodel Bella Hadid Dikecam Israel
Kini, korban tewas akibat serangan udara mencapai 188 orang termasuk 33 perempuan dan 55 anak, dengan 1.230 lainnya mengalami luka.
Baik "Negeri Zionis" maupun Hamas sebagai penguasa wilayah terus saling serang, tak menunjukkan tanda bakal mengendur.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan, krisis ini bakal tak terkendali jika terus dibiarkan.
Guterres meminta baik kepada Israel maupun Hamas untuk menciptakan desskalasi ketegangan di Jalur Gaza.
Lynn Hasting, Wakil Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah berkata, pihaknya meminta izin agar bisa mengirim bahan bakar.
Sebab dalam kalkulasi mereka, bahan bakar yang makin menipis bisa membuat rumah sakit dan fasilitas penolong di Gaza mengalami mati listrik. Namun ditolak dengan alasan tak aman.
Baca juga: Israel: Menara Perkantoran yang di Bom Bukan Pusat Media Internasional tapi Markas Besar Hamas
Pada Senin pagi (17/5/2021), Tel Aviv meluncurkan 80 serangan udara ke Gaza City begitu Hamas menembakkan roketnya.
Dilansir BBC, jet tempur "Negeri Zionis" menyerang jalanan sibuk pada Minggu tengah malam, menyebabkan tiga bangunan runtuh dan puluhan orang terbunuh.
Faksi Palestina tersebut kemudian merespons dengan menembakkan roket sepanjang malam, hingga sore waktu setempat.
Jutaan warga Israel langsung bersembunyi begitu sirene berbunyi, begitu juga dengan penduduk Palestina.
Namun, rendahnya sumber daya di Jalur Gaza membuat mereka tidak tahu harus berlindung di mana.
Baca juga: Detik-detik Menara di Gaza Runtuh Dibom Israel, Terekam dalam Siaran TV
Kepada Reuters, Riyadh Eshkuntana mengungkapkan baru saja menidurkan putrinya di kamar yang dia rasa takkan terjangkau serangan.
Dari semua keluarganya, hanya putrinya, Suzy (6), yang selamat. Istri dan tiga anaknya yang lain tewas.
Dia menuturkan saat serangan terjadi, dia langsung berlari untuk mengecek anak-anaknya, sementara istrinya lebih dulu sampai dan mendekap mereka.
"Kemudian serangan udara kedua menghantam kamar ini. Atapnya hancur dan saya tertimbun reruntuhan," ungkapnya.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengakui, mereka menyerang terowongan yang dipakai milisi untuk menyergap.
Baca juga: Akibat Rentetan Serangan Israel ke Jalur Gaza, 10.000 Warga Palestina Mengungsi
Hantaman rudal di terowongan membuat bangunan di atasnya ikut runtuh, menyebabkan korban pada warga sipil.
IDF kemudian mengeklaim mereka hanya menyasar hunian yang dipakai oleh para pemimpin maupun logistik Hamas.
Tim penyelamat Gaza bekerja tak kenal lelah untuk mengeluarkan orang-orang yang masih terperangkap di reruntuhan.
Kementerian kesehatan Palestina mengonfirmasi, Dr Ayman Abu Al-Ouf, anggota tim penanganan virus corona tewas dalam serangan udara.
Baca juga: Kelompok Pro-Israel Bentrok dengan Pendukung Palestina di Kanada
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.