Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 Nepal, Pendaki Gunung Everest Didesak Bawa Turun Tabung Oksigen Bekas

Kompas.com - 11/05/2021, 20:42 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

KATHMANDU, KOMPAS.com - Nepal sangat kekurangan tabung oksigen sehingga meminta pendaki Gunung Everest untuk mengembalikan tabungnya meski kosong, alih-alih meninggalkannya di lereng gunung.

Desakan itu disampaikan pejabat Nepal pada Senin (11/5/2021), di tengah perjuangan negara tetangga India itu melawan gelombang kedua virus corona.

Baca juga: Kasus Covid-19 Nepal Melonjak 2.500 Persen Sebulan, PMI Khawatir Akan Ada Kematian Massal

Negara ini mengeluarkan izin pendakian kepada lebih dari 700 pendaki untuk 16 puncak Himalaya, sebanyak 408 diantaranya ke Gunung Everest.

Jumlah pendakian itu hanya untuk musim pendakian April-Mei, dalam upaya menghidupkan kembali industri pendakian dan pariwisata gunung tersebut.

Asosiasi Pendaki Gunung Nepal (NMA) telah meminta para pendaki membantu “Negara 1000 Kuil” dalam penanganan lonjakan kasus Covid-19.

Saat ini terjangan gelombang kedua telah membuat sistem perawatan kesehatan negara yang rapuh itu mencapai titik puncaknya. Kondisinya seperti yang terjadi di negara tetangga India, di mana kematian mendekati rekor tertinggi pada Senin (10/5/2021).

Kul Bahadur Gurung, seorang pejabat senior NMA, mengatakan pendaki dan pemandu Sherpa diperkirakan membawa setidaknya 3.500 botol oksigen musim ini.

Botol-botol ini sering kali terkubur dalam longsoran salju atau ditinggalkan di lereng gunung pada akhir ekspedisi.

“Kami mengimbau para pendaki dan sherpa untuk membawa kembali botol kosong mereka sedapat mungkin karena dapat diisi ulang dan digunakan untuk perawatan pasien virus corona yang sangat membutuhkan,” kata Gurung melansir Guardian.

Baca juga: Nepal Alami Situasi Covid-19 seperti di India, Rumah Sakit Kehabisan Oksigen

Pada Minggu (9/5/2021), Nepal melaporkan peningkatan harian sebanyak 8.777 infeksi, 30 kali lipat dari jumlah yang tercatat pada 9 April. Total beban kasus mencapai 394.667 dan 3.720 kematian, menurut data pemerintah.

Banyak rumah sakit swasta dan komunitas di Kathmandu mengatakan mereka tidak dapat menerima pasien lagi, karena kekurangan oksigen. Bukan hanya pasokan gasnya yang kurang tapi juga tabung sebagai tempat oksigennya.

“Kami membutuhkan sekitar 25.000 tabung oksigen segera untuk menyelamatkan orang dari kematian. Ini adalah kebutuhan mendesak kami,” kata Samir Kumar Adhikari, seorang pejabat kementerian kesehatan.

“Kami juga sangat membutuhkan pabrik oksigen, kompresor dan tempat tidur ICU,” kata Adhikari.

Nepal telah meminta China untuk mengirim 20.000 silinder. Beberapa di antaranya akan diangkut melalui udara untuk memenuhi kebutuhan mendesak, kata seorang pejabat lainnya.

“China berjanji menyediakan tabung oksigen, ventilator dan pasokan medis lainnya,” ujar Menteri Kesehatan dan Kependudukan Nepal Hridayesh Tripathi.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by DW News (@dwnews)

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Nepal dalam Ancaman Bahaya Krisis Kesehatan seperti India

Menurut ActionAid Nepal, negara ini hanya memiliki 1.600 tempat tidur perawatan intensif, dan kurang dari 600 ventilator.

Jumlah itu harus digunakan untuk melayani 30 juta populasinya. Semantara ketersediaan dokter hanya 0,7 dokter per 100.000 orang.

Prakash Thapa, seorang dokter di rumah sakit Bheri di Nepalgunj, di barat daya Nepal yang berbatasan dengan India, mengatakan pasien tidur di lantai dan koridor.

“Kami entah bagaimana mengelola sejauh ini, tetapi akan sulit untuk menerima lebih banyak pasien,” katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com