Misalnya, mereka tidak memengaruhi gagasan kitab suci tentang sifat Allah atau mengubah kewajiban agama yang utama.
Sekitar 650 Masehi, Khalifah Utsman, yang pernah menjadi rekan dekat Nabi, memiliki komite yang membentuk versi resmi Al Quran berdasarkan salinan kitab suci yang ada dan pengetahuan para ahli.
Dia ingin mempromosikan keseragaman tekstual, dan mengirim versi resmi ini ke berbagai kota dan orang-orang mulai menyalinnya.
Tradisi tekstual Utsman ini akhirnya menggantikan tradisi Ibn Masud dan naskah sahabat lainnya di manapun di dunia Muslim. Ini memenuhi tujuan Utsman untuk keseragaman tekstual yang lebih besar dari satu tempat ke tempat lain.
Baca juga: Kiswah: Kisah di Balik Penutup Kabah di Mekkah
Standarisasi Utsman berhasil mereduksi variasi tekstual, tetapi tidak menghilangkannya sama sekali. Teks yang dibuat oleh Utsman mengakomodasi banyak bacaan.
Meskipun demikian, banyak variasi bacaan yang muncul. Beberapa di antaranya memengaruhi makna, tetapi tidak ada yang mengubah gagasan dasar Al Quran.
Misalnya, para pelafal memiliki pandangan berbeda apakah ayat 57 dalam surah 6 mengatakan Tuhan "mengatakan" kebenaran (yaqussu) atau "menilai" dengan jujur (yaqdi), dua kata yang terlihat serupa dalam tulisan Arab.
Tetapi karena kedua ide itu ada di mana-mana dalam Al Quran, keseluruhan pesan kitab suci tidak terpengaruh oleh bacaan tersebut.
Itu menunjukkan bagaimana umat muslim telah hidup dengan ukuran keragaman dalam teks yang sebagian besar stabil dan seragam sejak awal Islam.
Teologi Muslim telah mengasimilasi realitas sejarah ini dengan berbagai cara.
Pendapat yang berlawanan selalu ada dan bertahan saat ini. Pandangan yang dominan adalah bahwa berbagai versi dan bacaan Al Quran dapat dilacak ke sejarah Islam awal yang semuanya dikehendaki oleh Tuhan.
Ide ini diwujudkan dalam pernyataan awal bahwa Tuhan menurunkan Al Quran dalam berbagai bentuk, dan kemudian disempurnakan oleh penulis seperti sarjana abad ke-15, Ibn al-Jazari.
Jadi terlepas dari perkembangan gaya kaligrafi baru dan metode penerbitan, setiap Al Quran sejak saat itu hingga saat ini persis sama.
Setiap hafiz Al Quran telah hafal kitab yang sama persis. Itu adalah rangkaian mutawatir 1400 tahun yang mempelajari kitab yang sama dari para ulama, dan mengajarkan kitab yang sama kepada murid-muridnya.
Itulah sebabnya sampai saat ini setiap umat muslim membuka Al Quran, dan mengetahuinya dengan penuh keimanan bahwa Al Quran adalah kitab suci yang sama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.