Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Sejarah Islam] Al Quran, dari Wahyu sampai Kitab Suci

Kompas.com - 29/04/2021, 16:11 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

KOMPAS.com - Nabi Muhammad SAW menyebarkan Al Quran secara bertahap dan bertahap dari tahun 610 hingga 632 M.

Bukti menunjukkan bahwa ahli Taurat menuliskan apa yang mereka dengar, ketika Nabi Muhammad membacakan wahyu itu.

Beberapa rekan Nabi mulai mengumpulkan semua "surat" yang telah diwartakan dengan cara tersebut ke dalam satu kitab.

Upaya ini menghasilkan sejumlah versi kitab suci milik "Sahabat" Nabi yang berbeda, versi yang kemudian dikenal sebagai "Naskah Sahabat".

Tak lama setelah Nabi Muhammad wafat, naskah tersebut menjadi populer diwartakan di berbagai bagian negeri Muslim.

Baca juga: [KISAH INSPIRASI ISLAM] Raja Abyssinia, Seorang Kristiani yang Lindungi Kaum Muslim dari Aniaya

Era Nabi Muhammad

Al Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad selama 23 tahun, dari usia 40 hingga kematiannya pada usia 63. Selama kurun waktu itu, Nabi Muhammad menerima wahyu dari Tuhan dalam sejumlah cara.

Paling sering, itu diucapkan kepadanya secara langsung oleh Malaikat Jibril. Tetapi di lain waktu itu datang selama mimpinya, dan pada beberapa kesempatan, itu bahkan datang kepadanya langsung dari Tuhan.

Selama 23 tahun itu, Nabi Muhammad berusaha untuk membagikan wahyu dengan orang-orang di sekitarnya segera setelah wahyu itu datang.

Dia melakukan ini secara lisan. Tetapi dia sangat mendorong orang lain di sekitarnya untuk menuliskan wahyu, serta menghafalnya.

Ini adalah dasar bagaimana umat Islam percaya bahwa Al Quran dilestarikan, tidak hanya melalui sarana tertulis atau lisan, tetapi dengan keduanya memperkuat satu sama lain.

Sahabat-sahabat di sekitar Nabi terus-menerus berusaha menghafal ayat-ayat tersebut, dengan banyak yang akhirnya menghafal seluruh kitab, dan secara bersamaan menulis ayat-ayat ini.

Seiring waktu, setidaknya 65 sahabat menjadi juru tulis untuk Nabi Muhammad, yang akhirnya mendirikan sekolah di Madinah yang didedikasikan untuk mengajar 900 sahabatnya membaca dan menulis.

Baca juga: [KISAH INSPIRASI ISLAM] Meneladani Sifat Umar bin Khattab

Standardisasi

Naskah Sahabat sangat mirip. Misalnya, urutan ayat-ayat dalam surat-surat itu sama, dan begitu pula sebagian besar kata-kata dalam ayat-ayat itu.

Meskipun demikian, beberapa kata dan frasa berbeda. Perbedaan mencerminkan transmisi dari wahyu yang disampaikan secara lisan menjadi teks tulisan.

Perbedaan-perbedaan ini terkadang memengaruhi makna, tetapi tidak mengubah ide-ide dasar Al Quran.

Misalnya, mereka tidak memengaruhi gagasan kitab suci tentang sifat Allah atau mengubah kewajiban agama yang utama.

Sekitar 650 Masehi, Khalifah Utsman, yang pernah menjadi rekan dekat Nabi, memiliki komite yang membentuk versi resmi Al Quran berdasarkan salinan kitab suci yang ada dan pengetahuan para ahli.

Dia ingin mempromosikan keseragaman tekstual, dan mengirim versi resmi ini ke berbagai kota dan orang-orang mulai menyalinnya.

Tradisi tekstual Utsman ini akhirnya menggantikan tradisi Ibn Masud dan naskah sahabat lainnya di manapun di dunia Muslim. Ini memenuhi tujuan Utsman untuk keseragaman tekstual yang lebih besar dari satu tempat ke tempat lain.

Baca juga: Kiswah: Kisah di Balik Penutup Kabah di Mekkah

Sesuai ajaran Nabi

Standarisasi Utsman berhasil mereduksi variasi tekstual, tetapi tidak menghilangkannya sama sekali. Teks yang dibuat oleh Utsman mengakomodasi banyak bacaan.

Meskipun demikian, banyak variasi bacaan yang muncul. Beberapa di antaranya memengaruhi makna, tetapi tidak ada yang mengubah gagasan dasar Al Quran.

Misalnya, para pelafal memiliki pandangan berbeda apakah ayat 57 dalam surah 6 mengatakan Tuhan "mengatakan" kebenaran (yaqussu) atau "menilai" dengan jujur (yaqdi), dua kata yang terlihat serupa dalam tulisan Arab.

Tetapi karena kedua ide itu ada di mana-mana dalam Al Quran, keseluruhan pesan kitab suci tidak terpengaruh oleh bacaan tersebut.

Itu menunjukkan bagaimana umat muslim telah hidup dengan ukuran keragaman dalam teks yang sebagian besar stabil dan seragam sejak awal Islam.

Teologi Muslim telah mengasimilasi realitas sejarah ini dengan berbagai cara.

Pendapat yang berlawanan selalu ada dan bertahan saat ini. Pandangan yang dominan adalah bahwa berbagai versi dan bacaan Al Quran dapat dilacak ke sejarah Islam awal yang semuanya dikehendaki oleh Tuhan.

Ide ini diwujudkan dalam pernyataan awal bahwa Tuhan menurunkan Al Quran dalam berbagai bentuk, dan kemudian disempurnakan oleh penulis seperti sarjana abad ke-15, Ibn al-Jazari.

Jadi terlepas dari perkembangan gaya kaligrafi baru dan metode penerbitan, setiap Al Quran sejak saat itu hingga saat ini persis sama.

Setiap hafiz Al Quran telah hafal kitab yang sama persis. Itu adalah rangkaian mutawatir 1400 tahun yang mempelajari kitab yang sama dari para ulama, dan mengajarkan kitab yang sama kepada murid-muridnya.

Itulah sebabnya sampai saat ini setiap umat muslim membuka Al Quran, dan mengetahuinya dengan penuh keimanan bahwa Al Quran adalah kitab suci yang sama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com