KOMPAS.com - Kabah di Mekkah, merupakan bangunan suci bagi umat Islam dunia. Bangunan ini awalnya dibangun dari batu di tempat yang diyakini sebagai situs asli tempat perlindungan yang didirikan oleh Adam.
Karena pentingnya Kabah, tirai megah yang menutupinya menjadi sangat penting. Tirai itu dikenal sebagai “Kiswah”.
Baca juga: Arab Saudi: Hanya Jemaah yang Sudah Divaksin Covid-19 Diizinkan Umrah ke Mekkah
Kiswahh dianggap sebagai simbol penghormatan dan ketuhanan pada Bayt Al-Haram, sebutan lain untuk Kabah yang berarti “Rumah Suci.” Semuanya adalah bagian dari ekspresi kedekatan dengan Tuhan.
Terakhir pada Juli 2020, Gubernur Mekkah Pangeran Khalid Al-Faisal menyerahkan Kabah Kiswah (kain hitam) kepada pengurus senior Kabah, Saleh bin Zain Al-Abidin Al-Shaibi atas nama Raja Salman.
Kiswah akan diganti pada hari kesembilan di bulan Dul Hijjah, mengikuti tradisi Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Dilaporkan bahwa setelah pembebasan Mekkah pada tahun kesembilan Hijriah, Nabi menutupi Kabah dengan kain dari Yaman, ketika menunaikan ibadah haji.
Kiswah diganti setahun sekali selama haji, setelah jemaah pergi ke Gunung Arafah. Ini juga sebagai persiapan untuk menerima jemaah keesokan harinya, yang bertepatan dengan Idul Adha.
Sementara itu, General Presidency for the Affairs of the Two Holy Mosques telah mengangkat bagian bawah Kiswah sekitar tiga meter. Area itu lalu ditutup dengan kain katun putih, dengan lebar kira-kira dua meter dari keempat sisinya.
Langkah tersebut dirancang untuk menjaga kebersihan dan keamanan Kiswah, dan mencegah kerusakan pada kain tersebut.
Baca juga: Selama Ramadan, Arab Saudi Izinkan 50.000 Jemaah Umrah di Mekkah
Warna penutup Kabah telah berubah secara teratur selama berabad-abad.
Nabi Muhammad menutupinya dengan kain dari Yaman bergaris putih dan merah. Lalu Abu Bakar Al-Siddiq, Umar ibn Al-Khattab, dan Utsman ibn Affan menutupinya dengan warna putih. Ibn Al-Zubayr menutupinya dengan brokat merah.
Pada zaman Abbasiyah, Kabah pernah dibungkus dengan warna putih sekali, dan sekali dengan warna merah. Sedangkan Sultan Seljuk menutupinya dengan brokat kuning.
Khalifah Abbasiyah Al-Nassir mengubah warna Kiswah menjadi hijau dan kemudian menjadi brokat hitam. Warna ini kemudia tetap dipertahankan hingga hari ini.
Fawaz Al-Dahas, direktur Pusat Sejarah Mekkah, mengatakan kepada Arab News: “Kabah ditutupi sekali dengan kain warna putih, sekali warna merah, dan sekali dengan hitam. Pilihan warna didasarkan pada sumber pengadaannya di setiap zaman."
Kain Qubati dibawa dari Mesir dan merupakan salah satu jenis kain terbaik yang digunakan untuk menutupi Kabah. Yamani Kiswah juga merupakan kain berkualitas dan paling terkenal pada saat itu.