Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tsunami Covid-19 India: Jumlah Kematian Resmi Diragukan, Bisa Sampai Lima Kali Lipat yang Dilaporkan

Kompas.com - 28/04/2021, 06:28 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

"Sakit, sakit, sakit," kata Suresh. Itulah yang kami tulis.

Ketika ditanya mengapa demikian, dia mengatakan itu adalah apa yang diperintahkan oleh atasannya, yang tidak menanggapi permintaan komentar.

Pada Sabtu (24/4/2021), pejabat melaporkan hampir 350.000 infeksi baru, dan kematian terus meningkat.

Di salah satu rumah sakit di New Delhi, ibu kota, dokter mengatakan 20 pasien di unit perawatan kritis telah meninggal setelah tekanan oksigen turun. Para dokter menyalahkan kematian karena kekurangan oksigen akut di kota itu.

Beberapa bulan yang lalu, India tampaknya berhasil mengatasi pandemi dengan sangat baik. Setelah penguncian awal yang keras pada awal tahun lalu dilonggarkan, negara itu tidak mencatat jumlah kasus dan jumlah kematian yang menakutkan. Sementara negara-negara besar lainnya masuk mode krisis.

Banyak pejabat dan warga biasa, berhenti mengambil tindakan pencegahan, bertindak seolah-olah hari-hari terburuk telah berakhir.

Sekarang, banyak orang India yang beralih ke media sosial untuk mengirimkan SOS yang memilukan. Mereka mencari tempat tidur rumah sakit, obat-obatan, dan oksigen bantuan pernapasan.

“Darurat Nasional," menjadi tajuk utama spanduk di salah satu surat kabar terkemuka India, The Hindustan Times.

Di seluruh India, kremasi massal sedang berlangsung. Terkadang puluhan pembakaran terjadi sekaligus.

Baca juga: 52 Penumpang dari India Positif Covid-19 di Hong Kong

Orang-orang melakukan ritual di samping tumpukan kayu pemakaman anggota keluarga yang meninggal karena Covid-19 di tanah yang telah diubah menjadi krematorium kremasi massal korban Covod-19 di New Delhi, India, Sabtu, 24 April 2021.AP PHOTO/ALTAF QADRI Orang-orang melakukan ritual di samping tumpukan kayu pemakaman anggota keluarga yang meninggal karena Covid-19 di tanah yang telah diubah menjadi krematorium kremasi massal korban Covod-19 di New Delhi, India, Sabtu, 24 April 2021.

Dampak ke dunia

Pada saat yang sama, kampanye vaksin Covid India sedang berjuang. Kurang dari 10 persen orang India mendapatkan bahkan satu dosis, meskipun India adalah produsen vaksin terkemuka di dunia.

Kebutuhan India yang mendesak sudah menimbulkan efek riak di seluruh dunia, terutama untuk negara-negara miskin.

India telah merencanakan untuk mengirimkan jutaan dosis. Tapi sekarang, mengingat kekurangan vaksinasi yang parah di negara itu, ekspor pada dasarnya telah ditutup, meninggalkan negara lain dengan dosis yang jauh lebih sedikit
dari yang mereka duga.

Para dokter khawatir lonjakan kasus itu setidaknya sebagian didorong oleh kemunculan varian virus yang dikenal sebagai "mutan ganda", B.1.617, karena mengandung mutasi genetik yang ditemukan dalam dua versi lain dari virus corona yang sulit dikendalikan.

Baca juga: Kasus Penipuan Jual-Beli Obat Muncul di Tengah Lonjakan Covid-19 di India

Salah satu mutasi hadir dalam varian yang sangat menular yang menyebar di California awal tahun ini. Mutasi lain serupa dengan yang ditemukan pada varian Afrika Selatan, dan diyakini membuat virus lebih kebal terhadap vaksin.

Namun, para ilmuwan memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk mengetahui dengan pasti seberapa berbahaya varian baru yang muncul di India sebenarnya.

Hasilnya bisa jadi yang terburuk dari keduanya, menyebar lebih cepat dan kurang terkendali.

Ini mengkhawatirkan para ilmuwan di seluruh dunia, sebab orang-orang mulai melonggarkan kewaspadaan mereka di negara-negara yang diinokulasi dengan baik, bahkan ketika kemunduran besar terjadi di India, Brasil, dan tempat-tempat lain.

Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa virus corona akan bermutasi hingga dapat menurunkan efektivitas vaksin saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com