Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tsunami Covid-19 India: Jumlah Kematian Resmi Diragukan, Bisa Sampai Lima Kali Lipat yang Dilaporkan

Kompas.com - 28/04/2021, 06:28 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

NEW DELHI, KOMPAS.com - Gelombang kedua virus corona India dengan cepat meluncur ke dalam krisis yang menghancurkan. Rumah sakit penuh, pasokan oksigen menipis, orang-orang yang putus asa mengantre menunggu untuk menemui dokter.

New York Times melaporkan semakin banyak bukti bahwa jumlah kematian covid-19 India sebenarnya jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan secara resmi.

Baca juga: Covid-19 di India Melonjak Parah, WHO Sebut Ini Penyebabnya...

Setiap hari, pemerintah melaporkan lebih dari 300.000 infeksi baru, rekor dunia. India sekarang memiliki lebih banyak infeksi baru daripada negara lain sejauh ini, hampir setengah dari semua kasus baru dalam lonjakan global.

Tetapi para ahli mengatakan angka-angka itu, betapapun mengejutkannya, hanya mewakili sebagian kecil dari jangkauan sebenarnya dari penyebaran virus, yang telah membuat negara ini berada dalam mode darurat.

Jutaan orang bahkan menolak untuk keluar. Ketakutan mereka tertular virus sangat ekstrem.

Laporan dari seluruh negeri menceritakan orang sakit dibiarkan terengah-engah saat mereka menunggu di rumah sakit yang kacau. Sementara oksigen bantuan yang bisa menyelamatkan nyawa habis.

Lonjakan mendadak dalam beberapa minggu terakhir, dengan varian baru yang berbahaya yang mungkin berperan, meningkatkan keraguan pada jumlah kematian resmi Covid-19 di India hampir 200.000, dengan lebih dari 2.000 orang meninggal setiap hari.

Baca juga: 117 Kematian Korban Covid-19 Per Jam, India Tebang Pohon-pohon di Taman Kota untuk Kremasi

Hanya dicatat sakit

Wawancara dari tempat kremasi di seluruh negeri, di mana api tidak pernah berhenti, menggambarkan pola kematian yang jauh melebihi angka resmi.

Politisi yang gugup dan administrator rumah sakit mungkin kurang menghitung atau mengabaikan sejumlah besar korban tewas, kata para analis.

Sementara keluarga yang berduka mungkin juga menyembunyikan koneksi Covid-19, karena malu, menambah kebingungan di negara berpenduduk 1,4 miliar itu.

“Ini adalah pemotongan data besar-besaran,” kata Bhramar Mukherjee, seorang ahli epidemiologi di Universitas Michigan yang telah mengikuti India dengan cermat.

“Dari semua pemodelan yang telah kami lakukan, kami yakin jumlah kematian sebenarnya adalah dua hingga lima kali lipat dari yang dilaporkan.”

Di salah satu tempat kremasi besar di Ahmedabad, sebuah kota di negara bagian Gujarat, India barat, api oranye terang menerangi langit malam, menyala 24 jam sehari, seperti pabrik industri yang tidak pernah mati.

Suresh Bhai, seorang pekerja di sana, mengatakan dia belum pernah melihat baris rakitan pembakaran yang tidak pernah berakhir.

Namun dia belum menuliskan penyebab kematian seperti Covid-19 di kertas tipis yang dia serahkan kepada keluarga yang berduka, meski jumlah korban tewas melonjak seiring dengan virus tersebut.

"Sakit, sakit, sakit," kata Suresh. Itulah yang kami tulis.

Ketika ditanya mengapa demikian, dia mengatakan itu adalah apa yang diperintahkan oleh atasannya, yang tidak menanggapi permintaan komentar.

Seorang pasien Covid-19 bernapas dengan bantuan masker oksigen dan menunggu di dalam becak mobil untuk dirawat di rumah sakit pemerintah khusus Covid-19 di Ahmedabad, India.AP PHOTO/AJIT SOLANKI Seorang pasien Covid-19 bernapas dengan bantuan masker oksigen dan menunggu di dalam becak mobil untuk dirawat di rumah sakit pemerintah khusus Covid-19 di Ahmedabad, India.

Pada Sabtu (24/4/2021), pejabat melaporkan hampir 350.000 infeksi baru, dan kematian terus meningkat.

Di salah satu rumah sakit di New Delhi, ibu kota, dokter mengatakan 20 pasien di unit perawatan kritis telah meninggal setelah tekanan oksigen turun. Para dokter menyalahkan kematian karena kekurangan oksigen akut di kota itu.

Beberapa bulan yang lalu, India tampaknya berhasil mengatasi pandemi dengan sangat baik. Setelah penguncian awal yang keras pada awal tahun lalu dilonggarkan, negara itu tidak mencatat jumlah kasus dan jumlah kematian yang menakutkan. Sementara negara-negara besar lainnya masuk mode krisis.

Banyak pejabat dan warga biasa, berhenti mengambil tindakan pencegahan, bertindak seolah-olah hari-hari terburuk telah berakhir.

Sekarang, banyak orang India yang beralih ke media sosial untuk mengirimkan SOS yang memilukan. Mereka mencari tempat tidur rumah sakit, obat-obatan, dan oksigen bantuan pernapasan.

“Darurat Nasional," menjadi tajuk utama spanduk di salah satu surat kabar terkemuka India, The Hindustan Times.

Di seluruh India, kremasi massal sedang berlangsung. Terkadang puluhan pembakaran terjadi sekaligus.

Baca juga: 52 Penumpang dari India Positif Covid-19 di Hong Kong

Orang-orang melakukan ritual di samping tumpukan kayu pemakaman anggota keluarga yang meninggal karena Covid-19 di tanah yang telah diubah menjadi krematorium kremasi massal korban Covod-19 di New Delhi, India, Sabtu, 24 April 2021.AP PHOTO/ALTAF QADRI Orang-orang melakukan ritual di samping tumpukan kayu pemakaman anggota keluarga yang meninggal karena Covid-19 di tanah yang telah diubah menjadi krematorium kremasi massal korban Covod-19 di New Delhi, India, Sabtu, 24 April 2021.

Dampak ke dunia

Pada saat yang sama, kampanye vaksin Covid India sedang berjuang. Kurang dari 10 persen orang India mendapatkan bahkan satu dosis, meskipun India adalah produsen vaksin terkemuka di dunia.

Kebutuhan India yang mendesak sudah menimbulkan efek riak di seluruh dunia, terutama untuk negara-negara miskin.

India telah merencanakan untuk mengirimkan jutaan dosis. Tapi sekarang, mengingat kekurangan vaksinasi yang parah di negara itu, ekspor pada dasarnya telah ditutup, meninggalkan negara lain dengan dosis yang jauh lebih sedikit
dari yang mereka duga.

Para dokter khawatir lonjakan kasus itu setidaknya sebagian didorong oleh kemunculan varian virus yang dikenal sebagai "mutan ganda", B.1.617, karena mengandung mutasi genetik yang ditemukan dalam dua versi lain dari virus corona yang sulit dikendalikan.

Baca juga: Kasus Penipuan Jual-Beli Obat Muncul di Tengah Lonjakan Covid-19 di India

Salah satu mutasi hadir dalam varian yang sangat menular yang menyebar di California awal tahun ini. Mutasi lain serupa dengan yang ditemukan pada varian Afrika Selatan, dan diyakini membuat virus lebih kebal terhadap vaksin.

Namun, para ilmuwan memperingatkan bahwa masih terlalu dini untuk mengetahui dengan pasti seberapa berbahaya varian baru yang muncul di India sebenarnya.

Hasilnya bisa jadi yang terburuk dari keduanya, menyebar lebih cepat dan kurang terkendali.

Ini mengkhawatirkan para ilmuwan di seluruh dunia, sebab orang-orang mulai melonggarkan kewaspadaan mereka di negara-negara yang diinokulasi dengan baik, bahkan ketika kemunduran besar terjadi di India, Brasil, dan tempat-tempat lain.

Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa virus corona akan bermutasi hingga dapat menurunkan efektivitas vaksin saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com