Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KTT ASEAN Kecewakan Rakyat Myanmar, Pilih Junta Abaikan NUG

Kompas.com - 24/04/2021, 13:43 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

NAYPYIDAW, KOMPAS.com - KTT ASEAN pada Sabtu (24/4/2021) di Jakarta, Indonesia secara khusus dilakukan untuk menyelesaikan situasi yang memburuk di negara itu kurang dari tiga bulan setelah kudeta 1 Februari.

Seruan oleh Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) Myanmar untuk diundang ke KTT ASEAN telah diabaikan.

Sementara pemimpin junta Min Aung Hlaing, sudah mendarat di Indonesia siang ini untuk menghadiri diskusi tingkat tinggi tersebut.

Baca juga: Pemimpin Junta Militer Myanmar, Min Aung Hlaing, Tiba di Indonesia

Naw Susanna Hla Hla Soe, Menteri Urusan Wanita, Pemuda dan Anak-anak NUG, meminta anggota ASEAN untuk tidak mengakui kudeta pemimpin tersebut, tetapi untuk mendengar suara rakyat Myanmar.

Mantan anggota Parlemen Majelis Tinggi Myanmar itu mengimbau anggota ASEAN untuk bekerja sama dalam mendukung dan mengakui NUG Myanmar.

Pengamat Myanmar telah mengulangi seruan itu kepada ASEAN untuk mendengarkan rakyat Myanmar yang menentang kediktatoran militer.

U Aung Myo Min, pembela hak asasi manusia dan direktur Persamaan Myanmar mengatakan tidak diragukan lagi, ASEAN akan tetap berpegang pada pendekatan diplomatik untuk mencapai jalan negosiasi.

“Namun yang menjadi kekhawatiran kami adalah dengan melihat pendekatan ASEAN, negara lain akan berpikir untuk menunda tindakan lebih lanjut,” ujarnya dalam KTT Southeast Asia People’s Summit melansir The Irrawaddy pada Jumat (23/4/2021).

Menurutnya, rakyat Myanmar tidak bisa menunggu lama negosiasi. Jika ASEAN mengatakan mereka bekerja sesuai saran komunitas internasional termasuk China, mereka membutuhkan waktu.

“Jika anggota ASEAN ingin menengahi, mereka harus bertemu dengan pemerintah baru Myanmar, Pemerintah Persatuan Nasional NUG, dan mereka tidak boleh bertemu dengan pihak junta sendirian,” desaknya.

Baca juga: Retno Marsudi dan Menlu Jepang Sepakat, Krisis Myanmar Harus Diakhiri

Pada kesempatan yang sama, Daw May Sabe Phyu, direktur Gender Equality Network (GEN) menilai, ASEAN tidak akan dapat terlalu banyak diandalkan mengingat sejarah negara kawasan ini.

“Namun karena kami bertetangga dan situasi Myanmar saat ini telah menjadi masalah regional, kami berharap akan ada beberapa pemimpin ASEAN yang akan mendengarkan keinginan lebih dari 50 juta orang di Myanmar,” kata dia.

Dia berharap kondisi sekarang berbeda dengan pengalaman masa lalu ASEAN. Apalagi sejumlah pemimpin ASEAN yang telah mengatakan akan menghormati keinginan rakyat Myanmar.

“Oleh karena itu, kami mengawasi. Namun, ASEAN tidak menunjukkan dukungan atau mengakui pemerintahan rakyat, NUG. Tapi mereka mengundang pemimpin junta. Kami kecewa,” keluhnya.

Dr Tin Maung Than, seorang analis politik veteran menilai ASEAN akan mengambil sikap berdasarkan isu-isu yang ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB. Jika memungkinkan, asosiasi ini mungkin ingin menengahi tapi cara itu juga harus bisa diterima oleh Myanmar (junta).

“Jika tidak, mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Apa yang dapat dilakukan ASEAN adalah terlibat secara konstruktif. Tapi ada risiko dan batasannya juga. Ada risiko karena anggota ASEAN lainnya diduga terlibat dengan diduga penjahat genosida Myanmar,” ujarnya.

Baca juga: KTT ASEAN di Jakarta, Saatnya Berkomuni-aksi dengan Myanmar

Than berharap ASEAN dapat melihat "kemauan dan kepentingan rakyat Myanmar" seperti yang didesak oleh DK PBB pada 4 Februari.

Terlebih menurutnya keinginan dan kepentingan rakyat bertentangan dengan rencana junta. Termasuk terkait rencana mengadakan pemilihan dengan kemungkinan pembatasan pada Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

“Jika ASEAN mengabaikan kemauan rakyat, upaya ASEAN hanya akan menyemir sepatu para tersangka kriminal Myanmar yang (dituduh) melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan,” pungkas analis politik Myanmar itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com