LONDON, KOMPAS.com - Ketiga negara asal klub-klub pendiri European Super League (ESL) kompak menolak penyelenggaraan turnamen kontroversial tersebut, dan bakal segera bertindak untuk memblokirnya.
Inggris pada Senin (19/4/2021) berjanji melakukan apa pun yang diperlukan, dan bakal menerapkan undang-undang kompetisi guna memblokir European Super League.
Menteri Budaya dan Olahraga Inggris Oliver Dowden mengatakan, dia mengadakan pembicaraan mendesak dengan ketua Liga Primer Inggris (EPL), Federasi Sepak Bola Inggris (FA), serta Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA).
Baca juga: Ikut Kecam European Super League, PM Inggris: Sepak Bola Hancur
"Pesan kami kepada mereka jelas: mereka mendapat dukungan penuh dari kami," katanya di parlemen yang dikutip AFP.
"Tapi jangan ragu, kalau mereka tak bisa bertindak, kami akan melakukannya."
"Kami akan melakukan segala yang diperlukan untuk mencegah hal ini terjadi," kata menteri tersebut seraya bersumpah akan menindak tegas.
Pangeran William selaku Presiden FA dan cucu Ratu Elizabeth II turut prihatin dengan wacana ESL, yang 6 dari 12 klub pendirinya berasal dari Inggris.
Keenam klub itu adalah Manchester United, Manchester City, Arsenal, Liverpool, Chelsea, dan Tottenham.
Baca juga: Tanggapi Kisruh European Super League, Begini Komentar Uni Eropa
Dowden melanjutkan, klub-klub EPL pendiri ESL dapat ditindak dengan UU anti-trust Inggris, yang melarang monopoli atau kartel perusahaan.
"Kami akan melakukan apa pun untuk melindungi pertandingan nasional kami," tegas Dowden.
Senada dengan Inggris, Italia dan Spanyol juga tegas menolak penyelenggaraan ESL.
Ada tiga klub Serie A Italia yang menjadi pendiri European Super League yaitu Juventus, Inter, dan AC Milan.
Baca juga: PM Inggris Berjanji Bakal Gagalkan Peluncuran European Super League
PM Italia Mario Draghi pada Senin (19/4/2021) menyatakan dukungannya kepada UEFA untuk menindak klub-klub pendiri ESL.
Draghi berkata, Pemerintah Italia terus mengikuti perdebatan seputar proyek ini dan sangat mendukung posisi otoritas sepak bola Italia dan Eropa, untuk mempertahankan kompetisi nasional, nilai-nilai meritokratis, dan fungsi sosial olahraga.
Kemudian di Spanyol, Pemerintah "Negeri Matador" meminta klub-klub yang memisahkan diri di European Super League untuk bernegosiasi dengan UEFA dan La Liga.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.