Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Kesejahteraan Hewan, Selandia Baru Larang Ekspor Hewan Ternak Hidup Lewat Laut

Kompas.com - 14/04/2021, 19:05 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AP

WELLINGTON, KOMPAS.com - Selandia Baru mengumumkan larangan ekspor sapi hidup dan hewan ternak lainnya melalui laut pada Rabu (14/4/2021), atas alasan kesejaheraan hewan.

Menteri Pertanian Selandia Baru Damien O’Connor mengatakan larangan itu akan memakan waktu hingga dua tahun untuk diberlakukan sepenuhnya. Itu untuk memberi kesempatan bagi pihak yang telah berinvestasi beralih dari bisnis tersebut.

Baca juga: Spanyol Minta 859 Ternak dari Kapal Karim Allah Dimusnahkan

Tahun lalu ekspor hewan hidup dari negara itu sudah dihentikan sementara, setelah sebuah kapal yang membawa 5.800 ternak menuju China tenggelam dalam cuaca badai dekat Jepang.

Insiden tersebut menewaskan lebih dari 40 awak dan hewan-hewan yang diangkutnya. Para pejabat telah memulai peninjauan ekspor hidup tahun sebelumnya.

O'Connor mengatakan risiko reputasi negara lebih besar daripada keuntungan finansial apa pun.

Sebab menurutnya, tidak ada cara untuk melindungi kesejahteraan hewan setelah mereka meninggalkan pantai Selandia Baru.

“Selandia Baru harus menjadi yang terdepan, saat pengawasan terhadap kesejahteraan hewan meningkat di dunia, jika kita benar-benar ingin menjadi produsen makanan yang paling etis,” katanya melansir AP.

Nilai ekspor hewan hidup negara itu tahun lalu adalah 261 juta dollar Selandia Baru (184 juta dollar AS) setara Rp 2,6 triliun. Jumlah itu meningkat tiga kali lipat dari tahun sebelumnya, setelah eksportir bergegas mengalahkan setiap potensi larangan.

Namun itu menyumbang hanya sebagian kecil dari keseluruhan ekspor pertanian “Negari Kiwi,” yang merupakan penghasil pendapatan asing terbesar.

Baca juga: Nasib Tragis 860 Sapi di Kapal Karim Allah, Tidak Makan Berhari-hari dan Akan Dibunuh

O'Connor mengatakan para pejabat telah memberi tahu China tentang rencana larangan tersebut, tetapi belum mendengar tanggapan.

Dia mengaku tidak khawatir menyinggung China, yang merupakan mitra dagang terbesar Selandia Baru dan pembeli besar ternak hidup.

“Ini bukan tentang China. Ini tentang kesejahteraan hewan,” ujarnya O'Connor. "Kami memiliki hubungan yang dewasa dengan mereka, dan saya yakin mereka memahami posisi kami."

Larangan tersebut tidak memengaruhi hewan hidup yang diangkut melalui udara, seperti kuda pacuan.

Federated Farmers, kelompok lobi untuk peternak, mengatakan para eksportirnya mematuhi standar kesejahteraan hewan yang sangat tinggi. Dia mengaku terkejut dengan larangan tersebut.

Walau begitu, kelompok tersebut mengatakan masa transisi akan memberi petani kesempatan untuk menghormati komitmen yang ada, dan mempertimbangkan pilihan masa depan mereka.

Baca juga: Hati-hati Konsumsi Hewan Ini Berpotensi Picu Virus Lebih Bahaya dari Covid-19

Anggota parlemen oposisi Mark Cameron, dari Partai Libertarian ACT, mengatakan keputusan itu emosional, mahal dan mengecewakan bagi peternak.

Kelompok hak asasi hewan SAFE, yang telah lama mendorong pelarangan ini, menyambut baik berita tersebut.

Kepala eksekutif Debra Ashton mengatakan hewan tidak akan lagi menderita di negara dengan standar kesejahteraan yang lebih rendah.

Namun, Ashton mengatakan khawatir bahwa ratusan ribu sapi masih dapat diekspor melalui laut selama dua tahun ke depan, dan ekspor hewan seperti anak ayam dan belut melalui udara akan terus berlanjut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Pelantikan Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Pelantikan Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com