BARCELONA, KOMPAS.com - Seorang pemuda dari Barcelona, Jordi Battlo telah mengirimkan ratusan surat lamaran kerja ke sejumlah perusahaan dalam beberapa bulan terakhir.
"Saya sudah tidak bisa menghitung (lamaran yang sudah saya kirim)," kata Battlo.
Penolakan menjadi rutinitas yang mengerikan bagi alumnus bisnis dan teknik tersebut.
Baca juga: Covid-19 Eropa Mengkhawatirkan, Perancis Kembali Lockdown Sebulan
"Kurangnya balasan dari perusahaan membuat saya merasa semua yang telah saya lakukan tidak berarti apa-apa," kata Battlo.
Setelah menyelesaikan studi magister di IESE Business School Madrid pada Juli 2020, satu-satunya pilihannya adalah magang jangka pendek dan sekarang dia menganggur.
Berdasarkan data Eurostat, pengangguran kaum muda di Uni Eropa (UE) mencapai 17 persen, lebih dari dua kali lipat tingkat pengangguran umum.
Pada Oktober 2020, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperingatkan bahwa seluruh generasi muda di Eropa berisiko tertinggal, karena banyak perusahaan menghentikan rencana perekrutan selama pandemi.
Baca juga: Pejabatnya Kena Sanksi, Korea Utara Sebut Uni Eropa Gila
Tidak berbeda jauh dari Battlo, lulusan magister bidang manajemen dari University College London, Georgia Burns, di Dublin mengalami hal yang sama.
"Ketika saya memulai S2, saya berpikir: Oke, saya akan mendapatkan pekerjaan ketika saya lulus. Kemudian pandemi melanda dan sekarang saya melakukan magang paruh waktu dengan upah minimum. Ini tidak seperti yang saya kira," kata Burns.
Jumlah orang berusia 15-24 tahun di UE yang sedang mencari pekerjaan atau setengah menganggur naik 5 persen dalam satu tahun terakhir, menurut Eurostat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.