PARIS, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron mengumumkan penguncian/lockdown nasional selama empat minggu. Langkah itu menunjukkan kekhawatiran negara itu bahwa Eropa sekali lagi kehilangan kendali atas pandemi.
“Kami melakukan semua yang kami bisa untuk membuat keputusan ini selambat mungkin, ketika itu sangat diperlukan. Itu sekarang, ”kata Macron dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu (31/3/2021).
Pemimpin Perancis itu memohon kepada warganya untuk melakukan upaya ekstra saat penguncian mulai berlaku pada Sabtu (3/4/2021).
Akhir pekan ini, pembatasan akan dilonggarkan untuk memungkinkan pergerakan orang dalam perjalanan antar daerah selama liburan Paskah.
Aturan ini berbeda dengan kebijakan Macron sebelumnya. Dia umumnya lebih menyukai pendekatan lokal, seperti yang juga dilakukan oleh Inggris. Tapi keberhasilan kebijakan itu kecil.
Penolakannya terhadap saran untuk tindakan yang lebih ketat, memunculkan risiko politik baginya setahun setelah pemilihan presiden.
Macron mengakui kesalahan dalam menangani pandemi. Tetapi mengatakan bangsa itu belajar darinya.
Minggu lalu, Presiden 43 tahun ini dengan tegas mengatakan tidak akan ada lagi kesalahan.
Bagaimanapun, penguncian memiliki biaya ekonomi, dengan 150.000 toko tutup. Kementerian keuangan Perancis menghitung biaya, termasuk cuti dan keringanan pajak, akan naik 52,7 persen menjadi 11 miliar euro (Rp 187,3 triliun).
Baca juga: Kelompok Pemuda Perancis Dipuji Bak Pahlawan, Selamatkan Sebuah Keluarga dalam Kebakaran
Sementara untuk sekolah di Perancis akan ditutup selama tiga minggu, dari 12 April hingga 26 April. Kebijakan ini sebelumnya terus dihindari Macron. Dia sangat bangga menjaga ruang kelas tetap berjalan.
“Kami adalah salah satu dari sedikit negara yang mempertahankan sekolah tetap buka karena kami percaya pada investasi ini pada kaum muda, kaum muda kami perlu belajar dan tidak ada yang tahu konsekuensi sosial dan ekonomi jangka panjang yang akan ditimbulkan oleh penguncian terhadap mereka,” kata Macron melansir Bloomberg.
Orang tua di negara itu, yang tidak dapat bekerja dari rumah berhak atas tunjangan pengangguran.
Semua tindakan itu untuk memberikan dukungan kepada sektor-sektor yang terpaksa harus lebih lama ditutup.
Macron juga mengatakan bahwa Perancis harus berusaha lebih keras untuk bekerja dari rumah.
Menurut survei yang dikutip oleh kementerian tenaga kerja Perancis, dari 8,4 juta orang yang dapat dengan mudah bekerja dari rumah, hanya 5,6 juta yang melakukannya.
Baca juga: Terancam Gelombang Ketiga Covid-19, Perancis dan Polandia Kembali Lockdown
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.