Sekitar 50 persen anak muda di seluruh dunia menunjukkan tanda-tanda kecemasan dan depresi, menurut survei tahun 2020 yang dilakukan oleh Organisasi Perburuhan Internasional dan Forum Pemuda Eropa.
Baca juga: Sanksi Bertubi-tubi Hujani Militer Myanmar, dari AS, Uni Eropa, sampai Inggris
"Pesan yang kami terima adalah bahwa kami harus terus berusaha dan semuanya akan kembali normal. Tetapi risiko kehilangan generasi tidak hanya sementara," Silja Markkula, Presiden Forum Pemuda Eropa, sebuah LSM yang berkantor pusat di Brussel, mengatakan kepada DW.
Markkula merasa bahwa pembuat kebijakan Eropa melupakan anak muda.
Skema perlindungan sosial tidak mencakup jenis pekerjaan yang dilakukan oleh kaum muda Eropa, seperti kontrak jangka pendek dan magang tanpa bayaran.
Sementara masalah seperti kesehatan mental tidak mendapat perhatian yang cukup dari Brussel, kata Markkula.
Terlepas dari implikasi yang serius, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen gagal menyebut pengangguran kaum muda sebagai masalah kebijakan utama dalam pidato kenegaraannya pada September 2020.
Baca juga: Uni Eropa Jatuhkan Sanksi ke 10 Jenderal Myanmar, Termasuk Min Aung Hlaing
Esther Jardim dari London yang lulus pada 2009 bersimpati terhadap para lulusan di kala pandemi.
Pasca-krisis finansial global, Jardim mendapat penolakan pekerjaan pada malam Natal 2010 dan dia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang radikal.
Dia menggunakan sebuah papan sandwich yang diikat ke dadanya dan berjalan di distrik High Holborn di London.
Aksi tersebut membuatnya mendapatkan sekitar 30 wawancara dan mendapatkan pekerjaan impian di sebuah agensi public relations besar di Inggris.
"Lulusan dapat memanfaatkan kemampuan untuk terhubung dan menjangkau orang-orang. Media sosial benar-benar menghilangkan hambatan. Anda dapat mengirim pesan kepada orang-orang senior di perusahaan. Mereka akan membalas," katanya kepada DW.
Baca juga: Eropa Yakin Sudah Kebal Covid-19 pada Juli 2021
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.