Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 Eropa Mengkhawatirkan, Perancis Kembali Lockdown Sebulan

Kompas.com - 01/04/2021, 08:10 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Bloomberg

PARIS, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron mengumumkan penguncian/lockdown nasional selama empat minggu. Langkah itu menunjukkan kekhawatiran negara itu bahwa Eropa sekali lagi kehilangan kendali atas pandemi.

“Kami melakukan semua yang kami bisa untuk membuat keputusan ini selambat mungkin, ketika itu sangat diperlukan. Itu sekarang, ”kata Macron dalam pidato yang disiarkan televisi pada Rabu (31/3/2021).

Pemimpin Perancis itu memohon kepada warganya untuk melakukan upaya ekstra saat penguncian mulai berlaku pada Sabtu (3/4/2021).

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Teror di Mabes Polri Jakarta Disorot Media Asing | Kelompok Etnik Bersenjata Myanmar Siap Lawan Militer

Akhir pekan ini, pembatasan akan dilonggarkan untuk memungkinkan pergerakan orang dalam perjalanan antar daerah selama liburan Paskah.

Aturan ini berbeda dengan kebijakan Macron sebelumnya. Dia umumnya lebih menyukai pendekatan lokal, seperti yang juga dilakukan oleh Inggris. Tapi keberhasilan kebijakan itu kecil.

Penolakannya terhadap saran untuk tindakan yang lebih ketat, memunculkan risiko politik baginya setahun setelah pemilihan presiden.

Macron mengakui kesalahan dalam menangani pandemi. Tetapi mengatakan bangsa itu belajar darinya.

Minggu lalu, Presiden 43 tahun ini dengan tegas mengatakan tidak akan ada lagi kesalahan.

Bagaimanapun, penguncian memiliki biaya ekonomi, dengan 150.000 toko tutup. Kementerian keuangan Perancis menghitung biaya, termasuk cuti dan keringanan pajak, akan naik 52,7 persen menjadi 11 miliar euro (Rp 187,3 triliun).

Baca juga: Kelompok Pemuda Perancis Dipuji Bak Pahlawan, Selamatkan Sebuah Keluarga dalam Kebakaran

Menutup Sekolah

Sementara untuk sekolah di Perancis akan ditutup selama tiga minggu, dari 12 April hingga 26 April. Kebijakan ini sebelumnya terus dihindari Macron. Dia sangat bangga menjaga ruang kelas tetap berjalan.

“Kami adalah salah satu dari sedikit negara yang mempertahankan sekolah tetap buka karena kami percaya pada investasi ini pada kaum muda, kaum muda kami perlu belajar dan tidak ada yang tahu konsekuensi sosial dan ekonomi jangka panjang yang akan ditimbulkan oleh penguncian terhadap mereka,” kata Macron melansir Bloomberg.

Orang tua di negara itu, yang tidak dapat bekerja dari rumah berhak atas tunjangan pengangguran.

Semua tindakan itu untuk memberikan dukungan kepada sektor-sektor yang terpaksa harus lebih lama ditutup.

Macron juga mengatakan bahwa Perancis harus berusaha lebih keras untuk bekerja dari rumah.

Menurut survei yang dikutip oleh kementerian tenaga kerja Perancis, dari 8,4 juta orang yang dapat dengan mudah bekerja dari rumah, hanya 5,6 juta yang melakukannya.

Baca juga: Terancam Gelombang Ketiga Covid-19, Perancis dan Polandia Kembali Lockdown

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com