BERLIN, KOMPAS.com - Kanselir Jerman Angela Merkel meminta maaf atas kesalahannya, saat mengumumkan pembatalan rencana lockdown saat Paskah.
Merkel menegaskan, dia "sangat bertanggung jawab" atas manuver yang terjadi sehari setelah mengumumkan rencana karantina wilayah.
Proposal itu awalnya disetujui oleh para pemimpin regional setelah pembicaraan semalam suntuk di Senin (22/3/2021).
Baca juga: Terancam Gelombang Ketiga Covid-19, Perancis dan Polandia Kembali Lockdown
Dilansir BBC, proposal lockdown itu akan meningkatkan protokol kesehatan saat periode Paskah, antara 1-5 April.
Namun dalam pertemuan krisis yang berlangsung Rabu (24/3/2021), rencana yang sudah dipersiapkan itu langsung dibatalkan.
Tak pelak, keputusan Kanselir Jerman sejak 2005 tersbut direspons positif oleh kalangan pengusaha.
Karantina wilayah itu bakal menjadi yang terketat di "Negara Bir", di mana sebagian besar toko tutup dan pertemuan dibatasi.
Selama lima hari pertama di April, masyarakat diminta untuk tinggal di rumah guna mengurangi kontak sosial.
Dampak lain dari karantina ini adalah ibadah tatap muka maupun pertemuan keluarga dalam jumlah besar dilarang.
Baca juga: Masyarakat Inggris Turun di Jalan untuk Protes Anti-lockdown Covid-19
Ketua Partai Persatuan Kristen Demokratik (CDU) Armin Laschet berujar dalam pertemuan regional, lockdown itu belum bisa diterapkan.
"Kesalahan ini murni tanggung jawab saya," jelas Merkel saat dikonfirmasi oleh awak media di Berlin.
"Keseluruhan rencana ini telah memberikan dampak berupa ketidakpastian. Karena itu, saya minta maaf," lanjutnya.
Sebelummya saat mengumumkan lockdown, Merkel menyatakan saat ini mereka tengah menghadapi varian baru virus corona.
Varian dari Inggris yang terkenal menular itu membuat Jerman berada di ambang pandemi baru, jelas Merkel.
Baca juga: Covid-19: 16 Daerah di Perancis Berlakukan Lockdown selama Sebulan
Infeksinya meningkat menjadi 100 per 100.000 jiwa. Angka itu sangat penting dalam menentukan keputusan darurat seperti lockdown.
"Lebih berbahaya, jauh lebih menular dan bisa bertahan dalam wakut lama," kata kanselir berusia 66 tahun itu.
Tak pelak, keputusannya itu menuai kritikan dari pemuka agama, yang menjanjikan protokol kesehatan dalam beribadah.
Menyusul pembatalan tersebut, Konferensi Uskup Jerman menekankan misa masa Paskah akan dijadwalkan seperti biasa.
Adapun lockdown parsial yang diberlakukan Jerman dilaporkan bakal berlangsung hingga 18 April nanti.
Baca juga: Tahun Lalu Sempat Lockdown, Italia Bersiap Tutup Toko dan Restoran Lagi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.