Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tahun Setelah Bencana PLTN Fukushima, Pengembangan Energi Nuklir di Jepang Terhenti

Kompas.com - 04/03/2021, 14:24 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

TOKYO, KOMPAS.com – Sepuluh tahun setelah bencana pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi, industri energi nuklir di Jepang masih lumpuh.

Sebagian besar reaktor nuklir di Jepang dihentikan atau sedang dalam tahap penutupan. Di satu sisi, pemerintah Jepang masih berharap untuk merevitalisasi sektor tersebut.

Harapan itu didasarkan guna mengurangi ketergantungan terhadap impor energi serta membantu memenuhi tujuan netralitas karbon pada 2050.

Baca juga: 10 Tahun Setelah Bencana Fukushima, Bagaimana Nasib Energi Nuklir di Masa Depan?

Bagaimana situasi di Fukushima?

Sekitar 5.000 orang masih bekerja setiap hari di PLTN Fukushima Daiichi, di mana empat reaktor rusak parah akibat tsunami pada 11 Maret 2011 yang dipicu oleh gempa bumi yang kuat.

Besi bekas terlihat berserakan di sekitar lokasi, termasuk di bagian atas reaktor 1, yang atapnya lepas saat bencana sebagaimana dilansir dari AFP.

Tiga reaktor rusak parah dan bahkan sekarang, penghitung mobile Geiger secara berkala berbunyi “bip” di seluruh situs.

Sejauh ini, lingkungan reaktor telah dibersihkan, batang bahan bakar utuh telah dihilangkan dengan crane raksasa, dan tanggul beton baru sedang dibangun untuk melindungi dari tsunami.

Tetapi, bagian tersulitnya ke depan yakni mengekstraksi hampir 900 ton bahan bakar cair yang bercampur dengan puing-puing radioaktif tinggi lainnya.

Pengembangan lengan robotik khusus di Inggris untuk digunakan dalam operasi tersebut ditunda oleh pandemi Covid-19, membuat proses ekstraksi molor dan rencananya dimulai pada 2022.

Tapi itu hanyalah salah satu titik dari seluruh proses penonaktifan PLTN Fukushima Daiichi yang diperkirakan akan memakan waktu 30 hingga 40 tahun.

Baca juga: Iran Tolak Pembicaraan Awal Kesepakatan Nuklir dengan AS dan UE

Apa saja bahaya di situs tersebut?

Gempa bermagnitudo 7,3 yang melanda Fukushima pada 13 Februari tidak memicu tsunami atau menyebabkan kerusakan besar, termasuk di PLTN Fukushima Daiichi.

Tetapi, gempa itu menyebabkan tingkat air pendingin mengalami penurunan di beberapa reaktor.

Meski demikian, pihak operator PLTN Fukushima Daiichi, TEPCO, mengatakan efeknya terbatas karena air berada dalam sistem tertutup yang tidak larut ke lingkungan sekitarnya.

Air tanah pegunungan yang bocor ke lapisan tanah di bawah reaktor dan menjadi radioaktif adalah masalah utama setelah bencana.

Baca juga: Israel Dikabarkan Bangun Proyek Terbesar di Fasilitas Nuklir Rahasia

Rembesan itu sebagian besar dicegah oleh "dinding es" dari tanah beku sedalam 30 meter dan panjang 1,5 kilometer yang diselesaikan pada 2018.

Hujan dan air lain yang digunakan untuk pendinginan terus menimbulkan masalah, dengan sekitar 140 meter kubik air radioaktif dihasilkan oleh situs tersebut setiap hari pada 2020.

Air yang terkontaminasi disaring untuk menghilangkan sebagian besar bahan radioaktif. Untuk saat ini disimpan dalam ratusan tangki biru, abu-abu, dan krem di lokasi.

Pada musim panas 2022, tidak akan ada lagi tangki penyimpanan yang tersedia dan pemerintah diharapkan menyetujui rencana kontroversial untuk secara bertahap melepaskan air yang diolah ke laut.

Baca juga: Benarkah Ada Perangkat Nuklir di Himalaya yang Sebabkan Banjir di India?

Bagaimana pengembangan energi nuklir ke depan?

Semua reaktor nuklir di Jepang dihentikan setelah bencana PLTN Fukushima dan peraturan keselamatan nuklir diperketat secara signifikan.

Saat ini, hanya ada sembilan reaktor masih beroperasi, dibandingkan dengan 54 reaktor yang beroperasi sebelum Maret 2011.

Nuklir menyumbang hanya 6,2 persen dari pembangkit listrik di Jepang pada tahun fiskal 2019.

Namun demikian, pemerintah Jepang ingin agar nuklir berkontribusi sebesar 20-22 persen dari total pembangkit listrik pada 2030 demi mencapai target netralitas karbon.

Baca juga: AS Siap Bertemu Iran untuk Bahas Ulang Perjanjian Nuklir 2015

Biaya energi nuklir

Mayoritas orang Jepang tetap menentang energi nuklir setelah trauma akibat bencana Fukushima.

Lusinan tuntutan hukum telah diajukan oleh komunitas di dekat pembangkit listrik dalam upaya untuk mencegah mereka memulai kembali.

Hambatan lain adalah biaya yang melonjak untuk menerapkan langkah-langkah keselamatan terbaru, biaya jangka panjang untuk penutupan, pemeliharaan pembangkit operasional, dan yang dihentikan.

Pada awal 2020, kantor berita Kyodo menghitung biaya ini untuk semua reaktor negara itu sebesar 13.460 miliar yen (Rp 1.793 triliun).

Namun angka tersebut belum termasuk biaya peneutupan PLTN Fukushima Daiichi dan pekerjaan dekontaminasi di wilayah tersebut.

Baca juga: Bosan dengan Janji Manis AS, Iran Hanya Akan Merespons Aksi Nyata Perjanjian Nuklir

"Masa depan energi nuklir sangat suram," kata Takeo Kikkawa, pakar energi dan profesor di International University of Japan, pekan ini.

Dengan tidak adanya rencana pembangunan pembangkit baru atau pengganti, Kikkawa memprediksi energi nuklir di Jepang akan berkurang dan berangsur-angsur hilang.

Dan beberapa perusahaan Jepang di sektor ini tampaknya melirik investasi dalam energi terbarukan karena Jepang berupaya memenuhi tujuan netral karbonnya.

Juni 2020, TEPCO mengumumkan akan menginvestasikan 2.000 miliar yen (Rp 266 triliun) selama 10 tahun untuk meningkatkan kapasitas energi hijau.

Toshiba dan Hitachi juga telah meninggalkan proyek energi nuklir di Inggris dalam beberapa tahun terakhir.

Baca juga: Kesepakatan Nuklir, Menlu AS: Jalan Diplomasi Terbuka untuk Iran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Global
 Paket Bantuan Senjata Besar-besaran AS: Taiwan Senang, China Meradang

Paket Bantuan Senjata Besar-besaran AS: Taiwan Senang, China Meradang

Global
Lolos ke Kontes Miss Argentina, Alejandra Viral Penampilan Muda Meski Usianya 60

Lolos ke Kontes Miss Argentina, Alejandra Viral Penampilan Muda Meski Usianya 60

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com