Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menlu dari Pihak Militer Myanmar Terbang ke Thailand untuk Bicarakan Krisis

Kompas.com - 24/02/2021, 14:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

NAYPYITAW, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) Myanmar yang ditunjuk militer melakukan perjalanan ke Thailand pada Rabu (24/2/2021), menurut sumber pemerintah Thailand.

Perjalanan ini dilakukan ketika negara tetangga Myanmar meningkatkan upaya untuk menyelesaikan krisis, yang dimulai ketika tentaranya merebut kekuasaan dalam kudeta 1 Februari.

Indonesia telah memimpin dalam upaya mencari jalan keluar dari krisis dengan bantuan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Tetapi rencananya tampak goyah pada Rabu pagi setelah Menlu Indonesia, Retno Marsudi membatalkan rencana perjalanan ke Myanmar.

Pekan ini terjadi demonstrasi besar-besaran dan pemogokan umum pada Senin (24/2/2021). Demonstrasi dilakukan dengan tuntutan yang sama sejak awal Februari, yaitu mengecam kudeta dan menuntut pembebasan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.

Puluhan ribu masa tetap turun ke jalan meskipun ada peringatan dari pihak berwenang bahwa konfrontasi dapat membuat orang terbunuh.

"Kami etnis minoritas tidak memiliki kesempatan untuk menuntut hak kami tapi sekarang kami melakukannya," kata San Aung Li, 26 tahun dikutip dari Reuters.

"Jadi saya mendukung protes seperti halnya semua etnis, dengan satu suara," seru anggota minoritas Kachin itu dalam protes yang diselenggarakan oleh anggota minoritas.

Baca juga: Malaysia Deportasi Ribuan Warga Myanmar, Tak Pedulikan Perintah Pengadilan

Dengan protes dan gerakan pembangkangan sipil yang melumpuhkan kehidupan di Myanmar, Indonesia berusaha mencari jalan keluar.

Sumber Reuters mengatakan Pemerintah Indonesia mengusulkan rencana yang berpusat pada anggota ASEAN, yang mengirim pengawas untuk memastikan para jenderal menepati janji untuk mengadakan pemilihan yang adil.

Militer belum memberikan kerangka waktu untuk pemilihan baru. Tetapi mereka memberlakukan keadaan darurat satu tahun ketika merebut kekuasaan sehingga kemungkinan besar akan terjadi setelah itu.

Tapi partai Suu Kyi, yang menyapu pemilu 8 November yang menurut militer dirusak oleh penipuan, dan pendukungnya ingin kemenangannya diakui.

Menlu Indonesia, Retno Marsudi, yang berada di Thailand, diperkirakan akan terbang ke Myanmar tetapi perjalanan itu dibatalkan, menurut kementerian nya.

"Setelah memperhitungkan perkembangan terkini dan masukan dari negara-negara ASEAN lainnya, ini bukan waktu yang ideal untuk melakukan kunjungan ke Myanmar," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Teuku Faizasyah, dalam sebuah penjelasan di Jakarta.

Pada Selasa (23/2/2021), ratusan pengunjuk rasa berkumpul di luar kedutaan Indonesia di Yangon untuk menyuarakan penolakan terhadap pemilihan baru. Mereka menuntut agar suara yang mereka berikan pada bulan November diakui.

Baca juga: Kemenlu Memahami Belum Waktu yang Baik bagi Menlu Retno Kunjungi Myanmar

Tentara Myanmar merebut kekuasaan setelah menuduh kecurangan dalam pemilihan November, lalu menahan Suu Kyi dan banyak pemimpin partainya. Komisi pemilihan umum Myanmar sudah menolak keluhan penipuan yang diajukan militer.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mungkinkah Uni Eropa Memutus Hubungan dengan Presiden Putin?

Mungkinkah Uni Eropa Memutus Hubungan dengan Presiden Putin?

Internasional
Meski Perundingan Berlangsung, Israel Tetap Serang Jalur Gaza

Meski Perundingan Berlangsung, Israel Tetap Serang Jalur Gaza

Global
Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com