Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Publik Geram, Pemerintah Biden Rencana Dahulukan Vaksin Covid-19 bagi Teroris 9/11 dan Bom Bali di Guantanamo

Kompas.com - 30/01/2021, 17:19 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

Elise Stefanik, Anggota DPR Partai Republik New York, berkata, "Tidak dapat dimaafkan dan tidak mencerminkan kebangsaan Amerika, jika Presiden Biden memilih memprioritaskan terpidana teroris di Gitmo daripada senior atau veteran AS yang rentan."

Letnan Michael O’Connell, pensiunan petugas pemadam kebakaran New York yang terlibat dalam pencarian dan penyelamatan pada 9/11, menilai rencana itu benar-benar menjijikkan.

"Para teroris ini melakukan kejahatan, tetapi para patriotlah yang harus menunggu untuk divaksinasi," keluhnya kepada New York Post.

Vaksinasi Guantanamo akan diberikan secara “sukarela” sesuai dengan kebijakan Pentagon. Persetujuan penerima diperlukan saat menerima pengobatan ini sesuai dengan aturan yang disetujui oleh FDA.

Vaksin Moderna dan Pfizer saat ini diizinkan hanya untuk penggunaan darurat.

Baca juga: Kerusuhan di Penjara Sri Lanka akibat Narapidana Coba Kabur, 8 Orang Tewas

Pangkalan angkatan laut AS di Guantanamo mulai menginokulasi 6.000 penduduknya awal bulan ini. Namun, para tahanan diyakini tidak diikutsertakan dalam kampanye itu.

Tidak jelas berapa banyak kasus virus corona yang telah terdeteksi di fasilitas tersebut, jika ada.

Meskipun tidak diketahui apakah Mohammed akan memilih untuk disuntik, perintah itu berarti dia dapat menerima suntikan vaksin lebih dahulu dibanding jutaan orang Amerika lainnya yang masih menunggu giliran mereka.

Mohammed dituding menjadi arsitek di balik aksi teror yang menewaskan 2.976 orang di New York City, Washington DC, dan Pennsylvania pada 11 September 2001.

Mohammed akan diadili sehubungan dengan 9/11 dengan empat orang lainnya di pengadilan militer di Guantanamo.

Mereka didakwa melakukan kejahatan perang termasuk terorisme dan pembunuhan hampir 3.000 orang.

Mereka akan menjadi orang pertama yang diadili, hampir 20 tahun setelah serangan di New York, Washington DC, dan Pennsylvania itu. Jika terbukti bersalah, mereka menghadapi hukuman mati.

Para pejabat diyakini ingin memvaksinasi para tahanan untuk menghindari penundaan proses hukum lebih lanjut di tengah pandemi.

Tiga tahanan lain yang diduga terkait dengan Al Qaeda juga diperkirakan akan diprioritaskan karena dakwaan yang akan datang.

Encep Nurjaman, alias Hambali, Mohammed Nazir Bin Lep, dan Mohammed Farik Bin Amin, semua dituduh sebagai anggota kelompok ekstremis berbasis di Asia Tenggara yang dikenal sebagai Jemaah Islamiyah, dan telah ditahan AS sejak 2003.

Kelompok tersebut disalahkan atas serangkaian pengeboman di Indonesia. Kejahatannya termasuk pengeboman 2002 di Bali yang menewaskan 202 orang. Ketiganya juga diduga memiliki kaitan dengan Al Qaeda.

Baca juga: Pakar Kesehatan AS Sarankan Napi Jadi Prioritas Vaksin Covid-19

Upaya vaksinasi di fasilitas itu akan memungkinkan ketiganya menerima kedua dosis vaksin sebelum dakwaan pada 22 Februari.

Perintah itu ditandatangani pada Rabu (27/1/2021) oleh Wakil Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Urusan Kesehatan Terry Adirim, setelah ditunjuk Biden dan dilantik pekan lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

AS Hancurkan Sebagian Jembatan Baltimore yang Ambruk untuk Bebaskan Kapal Terjebak

Global
Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Pedemo Israel Cegat Truk Bantuan ke Gaza, Banting Makanan sampai Berserakan

Global
[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

[POPULER GLOBAL] Lampu Lalin Unta | Thailand SIta 1 Ton Meth Kristal

Global
Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Rangkuman Hari Ke-810 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran 30 Kota | Apartemen Roboh

Global
Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Ukraina Serang Fasilitas Energi Rusia Dekat Perbatasan

Global
Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan 'Berkendaralah Seperti Perempuan'

Kampanye Keselamatan Lalu Lintas, Perancis Gaungkan Slogan "Berkendaralah Seperti Perempuan"

Global
Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Rusia Gempur 30 Kota dan Desa di Ukraina, 5.762 Orang Mengungsi

Global
Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Demonstrasi Pro-Palestina di Kampus-Kampus AS Bergulir ke Acara Wisuda

Global
Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Afghanistan Kembali Dilanda Banjir Bandang, Korban Tewas 300 Lebih

Global
Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Nasib Migran dan Pengungsi Afrika Sub-Sahara yang Terjebak di Tunisia

Internasional
Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Hezbollah Klaim Serangan yang Lukai 4 Tentara Israel

Global
Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Momen Polisi New York Tak Sengaja Semprotkan Merica ke Muka Sendiri Saat Bubarkan Protes Pro-Palestina

Global
Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Manusia Pertama Penerima Transplantasi Ginjal Babi, Meninggal

Global
Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Saat Anak-anak Gaza Tetap Bersemangat Belajar di Tengah Perang yang Menghancurkan...

Global
9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

9 Mei, Hari Rusia Memperingati Kemenangan Soviet atas Nazi Jerman

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com