Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terus Diserang Uni Eropa Soal Kelapa Sawit, Akhirnya Malaysia Ajukan Komplain ke WTO

Kompas.com - 20/01/2021, 11:19 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Malaysia telah mengajukan keluhan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) atas aturan Uni Eropa (UE), yang memengaruhi konsumsi biofuel berbasis minyak sawit.

Dalam pengaduan tertanggal 15 Januari 2021, Malaysia menuduh UE melanggar perjanjian perdagangan internasional, karena memberlakukan langkah-langkah pembatasan atas penggunaan minyak sawit.

Selain kepada negara anggota UE, pengaduan secara khususnya ditujukan kepada Perancis dan Lithuania.

Malaysia menolak keras upaya UE menghentikan penggunaan minyak sawit sebagai biofuel.

Negara produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia ini meminta konsultasi WTO untuk membantu menyelesaikan perselisihan tersebut.

Uni Eropa telah memulai rencana besar yang mengikat negara-negara anggotanya untuk membangun ekonomi netral karbon pada 2050. Didalamnya termasuk mempromosikan penggunaan biofuel.

Tetapi mereka menganggap produksi minyak sawit tidak berkelanjutan. Bahan bakar nabati berbasis minyak sawit disebut tidak dapat dihitung sebagai target rencana keberlanjutan di UE.

Baca juga: Uni Eropa Bantah Diskriminasi Minyak Sawit Asal Indonesia

Dengan demikian, UE memberikan keuntungan yang tidak adil kepada produsen domestik yang menggunakan bahan baku biofuel lain seperti minyak rapeseed dan kedelai. Itu adalah jenis biofuel yang diproduksi dari negara-negara anggotanya sendiri.

Menurut pengaduan tersebut, Malaysia menuding blok tersebut mengorbankan minyak sawit dan biofuel berbasis tanaman kelapa sawit dari.

Minyak kelapa sawit adalah bahan utama dalam berbagai produk mulai dari makanan hingga kosmetik. Tetapi penggunaannya telah lama menjadi kontroversi.

Para ahli lingkungan mengatakan produksinya mendorong deforestasi, dengan sebagian besar hutan hujan ditebangi dalam beberapa dekade terakhir untuk dijadikan perkebunan, mengutip AFP pada Rabu (20/1/2021).

Penggunaan sawit dalam makanan dan kosmetik telah menurun di Eropa. Sebagian disebabkan karena tekanan dari “kelompok hijau” pada perusahaan-perusahaan besar, tetapi telah meningkat pada biofuel.

Baca juga: Kampanye Penolakan Kelapa Sawit Indonesia di Swiss Resmi Dimulai

Malaysia adalah negara kedua yang meminta UE untuk melakukan pembatasan penggunaan minyak sawit. Indonesia, sebagai produsen minyak terbesar di dunia mengajukan keluhan ke WTO pada Desember 2019.

Keluhan Malaysia menandai sengketa perdagangan ke 600 yang dibawa ke hadapan WTO sejak organisasi itu didirikan pada 1995.

Permintaan konsultasi menandai langkah pertama dalam sistem sengketa WTO. Tujuannya untuk memberikan para pihak kesempatan membicarakan segala sesuatunya dan menyelesaikan perbedaan mereka tanpa bergerak maju dengan litigasi.

Jika konsultasi gagal menyelesaikan sengketa dalam waktu 60 hari, WTO dapat membentuk panel ahli untuk meninjau kasus tersebut.

Baca juga: Dewan Negara Produsen Minyak Sawit Tanggapi Pemberitaan Media AS soal Perempuan Diperkosa di Perkebunan Sawit Indonesia-Malaysia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com