Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintahan Trump Kembalikan Kuba dalam Daftar Negara Pendukung Terorisme

Kompas.com - 12/01/2021, 09:09 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber REUTERS

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemerintahan Donald Trump pada Senin (11/1/2021) mengumumkan bahwa Kuba kembali masuk ke dalam daftar AS sebagai negara pendukung terorisme.

Melansir Reuters pada Selasa (12/1/2021), langkah tersebut disebut sebagai upaya mempersulit pemerintahan Joe Biden yang akan dilantik pada 20 Januari, untuk menghidupkan kembali detente era Obama dengan Havana.

Bersisa 9 hari sebelum Presiden Republikan, Donald Trump melepaskan jabatannya, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo menyampaikan kebijakan tersebut.

Kuba dimasukan kembali ke dalam daftar karena "berulang kali memberikan dukungan terhadap aksi terorisme internasional" dengan menyembunyikan buronan AS dan para pemimimpin Kolombia yang bermasalah.

Baca juga: Begitu Ingin Menyingkirkan Trump, Ketua DPR AS: Dia adalah Ancaman

Pompeo juga mengutip dukungan keamanan Kuba yang diperintah Komunis untuk Presiden Venezuela Nicolas Maduro, yang katanya telah pemimpin sosialis itu untuk mempertahankan kekuasaannya dan menciptakan "lingkungan yang permisif untuk teroris internasional hidup dan berkembang di Venezuela".

"Dengan langkah ini, kami sekali lagi akan meminta pertanggungjawaban pemerintah Kuba dan mengirimkan pesan yang jelas bahwa rezim (Fidel) Castro harus mengakhiri dukungan terorisme internasional dan subversi keadilan AS," ujar Pompeo dalam sebuah pernyataan.

Mengembalikan Kuba ke daftar dapat diartikan kemunduran lebih lanjut dari detente yang diatur oleh mantan Presiden Demokrat Barack Obama di antara musuh-musuh lama Perang Dingin.

Baca juga: Seorang Polisi Meninggal 3 Hari Setelah Demo Pendukung Trump di Capitol, Diduga Bunuh Diri

Keputusan Obama untuk secara resmi menghapus Kuba dari daftar terorisme pada 2015 merupakan langkah penting untuk memulihkan hubungan diplomatik saat itu.

Sementara, keputusan pemerintahan Trump tersebut menyusul peninjauan hukum selama berbulan-bulan, dengan beberapa pakar administrasi mempertanyakan kebijakan itu, kata seseorang yang mengetahui masalah tersebut kepada Reuters, berbicara dengan syarat anonim.

Trump telah menekan Kuba sejak dia berkuasa pada 2017, mengetatkan pembatasan perjalanan AS dan pengiriman uang ke Kuba, serta memaksa sanksi terhadap pengiriman minyak Venezuela ke negara itu.

Baca juga: Ketahuan Ikut Unjuk Rasa Sambil Bawa Kartu Pegawai, Pendukung Trump Ini Dipecat

Biden mengatakan selama kampanye pemilihannya bahwa ia akan membalikkan segera berbagai kebijakan Trump di Kuba yang "menimbulkan bahaya terhadap orang Kuba dan sama sekali tidak memajukan demokrasi serta hak asasi manusia".

Sehingga, langkah Trump akan dapat mempersulit Biden untuk melanjutkan pemulihan hubungan ketika dia menjabat. Suriah, Iran, dan Korea Utara adalah negara lain dalam daftar pendukung terorisme.

"Kami telah mencatat manuver (Trump) selama hari-hari terakhir ini," kata seorang pejabat Biden.

"Tim transisi sedang meninjau masing-masing manuver tersebut," lanjutnya.

Baca juga: Media Sosial Parler Raib Saat Trump Butuh Corong Baru

Senator Demokrat Patrick Leahy, seorang pendukung setia pemulihan hubungan Obama, mengutuk Pompeo dengan mengatakan "terorisme domestik di Amerik Serikat merupakan ancaman yang jauh lebih besar bagi orang Amerika."

"Kami mengutuk AS mengumumkan penunjukan munafik dan sinis #Kuba sebagai Negara yang mendukung terorisme," kata Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez di Twitter.

Bagi Kuba penetapan pemerintahan Trump itu memiliki makna simbolis yang berat bagi Havana, yang telah lesu selama beberapa dekade, meskipun tidak jelas seberapa besar dampak praktisnya.

Penetapan itu disertai adanya larangan atas bantuan ekonomi AS, larangan ekspor senjata AS, kontrol atas barang-barang "penggunaan ganda" dengan aplikasi militer dan sipil, dan persyaratan bahwa Amerika Serikat menentang pinjaman ke Kuba oleh institusi seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.

Baca juga: DPR AS Rencanakan Pemakzulan Kedua Trump pada Rabu Pekan Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com