Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Dipuji Tangani Covid-19, Kini Kasus di Thailand Melonjak Lagi

Kompas.com - 07/01/2021, 22:04 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

BANGKOK, KOMPAS.com - Thailand pernah dianggap contoh sukses penanganan Covid-19 di awal pandemi, tetapi negara itu telah alami lonjakan infeksi yang cepat selama 2 pekan terakhir.

Thailand adalah negara pertama di luar China yang melaporkan kasus virus corona baru pada Januari 2020.

Pada pertengahan Desember, Thailand hanya mencatat 4.246 infeksi dalam populasinya yang berjumlah hampir 70 juta orang.

Namun, pada 20 Desember terjadi lonjakan jumlah kasus baru di Thailand sebanyak 576 kasus, naik dari hanya 34 kasus pada hari sebelumnya, seperti yang dilansir dari ABC Indonesia pada Kamis (7/1/2021).

Dalam waktu lebih dari 2 pekan, jumlah total kasus telah meningkat lebih dari 2 kali lipat menjadi 9.331 pekan ini, dengan rekor jumlah tertinggi harian sebesar 745 kasus pada Senin (4/1/2021).

Baca juga: Tim WHO yang Dikirim untuk Selidiki Asal-usul Covid-19 Ditolak Masuk China

Ada apa di balik wabah terbaru ini?

Sebagian besar infeksi baru ditemukan pada pekerja migran yang terkait dengan pasar makanan laut di provinsi Samut Sakhon, sebelah barat daya Thailand dan berdekatan dengan ibu kota Bangkok.

Klaster tersebut telah menyebabkan infeksi di lebih dari setengah provinsi itu.

Di Samut Sakhon, tercatat ada hampir setengah juta pekerja migran yang kebanyakan berasal dari negara tetangganya, Myanmar.

Myanmar telah melaporkan lebih dari 127.000 kasus dan 2.766 kematian akibat virus corona hingga saat ini.

"Kami belum tahu bagaimana wabah ini dimulai. Kami tahu Covid-19 telah ada di Myanmar selama beberapa waktu dan sangat sulit untuk mengontrol pergerakan, bagaimanapun juga, melintasi perbatasan," kata Richard Brown, manajer program keadaan darurat kesehatan Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Thailand kepada ABC.

Entah bagaimana, menurutnya, virus tersebut dapat sampai ke komunitas pekerja migran dan menyebar. Namun, diduga kuat virus ini tidak terdeteksi sebelumnya karena kelompok pekerja ini tidak bergejala.

Baca juga: Seorang Anti-masker Positif Covid-19, Khawatir Kondisinya Makin Memburuk

Kondisi yang menimbulkan transmisi

Menurut Melissa Marschke, peneliti dari Universitas Ottawa dan Peter Vandergeest dari Universitas York, pekerja migran seringkali bekerja dalam kondisi yang buruk, sehingga membuat mereka rentan terhadap infeksi.

"Pekerja migran sering tinggal di perumahan yang padat, tidak harus berbicara bahasa Thailand, tidak dapat mengakses layanan kesehatan dengan mudah atau meluangkan waktu untuk melakukan tes Covid-19," kata mereka kepada ABC melalui email.

Mereka menambahkan, undang-undang Thailand tentang pekerja yang tidak berdokumen juga dapat menghalangi mereka untuk melapor ketika sakit.

Tetapi di saat yang bersamaan, kelompok advokasi dan kementerian kesehatan provinsi telah proaktif menjangkau kelompok pekerja ini dengan menyediakan penerjemah Burma untuk memberikan informasi tentang virus tersebut, kata mereka.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com