JAKARTA, KOMPAS.com - Demo di Capitol Hill, Amerika yang berlangsung rusuh pada Rabu (6/1/2021), diperkirakan dapat berlanjut dengan agenda politik jangka panjang dari Donald Trump.
Hal itu disampaikan oleh Shofwan Al-Banna, Kepala Program Studi Hubungan Internasional Universitas Indonesia, kepada Kompas.com pada Kamis (7/1/2021) bahwa kerusuhan dapat berlanjut hingga pemerintahan presiden berikutnya, Joe Biden.
"Kalau dilihat Trump masih menjaga narasi bahwa 'pemilu dicurangi, dan kemenangannya telah dicuri', maka kemungkinan masih ada lanjutan demo lainnya," ujar Shofwan.
Baca juga: Demo Amerika Usai Pemilu Disebut Lebih Parah Dibanding Indonesia
Ia menilai kerusuhan Capitol Hill dari aksi demo oleh para pendukung Trump adalah mobilisasi politik Presiden AS ke-45 itu.
"Jadi, sebenarnya kartunya Trump itu belum habis. Dia mungkin mau memastikan bahwa kartunya itu masih hidup dan kuat dengan terkonsolidasinya pendukung fanatiknya dalam demo di Gedung Capitol," ujarnya.
Baca juga: Demo AS: Joe Biden Desak Donald Trump Bertindak dan Mengakhiri Protes
Sehingga, Trump tidak akan berhenti sampai di sini. Ia akan berusaha menjaga "pengaruh politiknya tetap hidup hingga pemilhan presiden berikutnya atau setidaknya berfungsi sebagai gangguan untuk Biden".
Di balik kerusuhan Capitol Hill, ia melihat pria Koboi itu memiliki tujuan politik yang ambisius.
Baca juga: Trump Ramai-ramai Dihujat atas Kerusuhan Demo AS yang Tewaskan 1 Orang
"Demo itu mempunyai fungsi untuk merawat konstituen, merawat polarisasi, meningkatkan militansi, supaya pendukung Trump itu tetap solid, agar dapat dijadikan aset politik selanjutnya," ujarnya.
Pria berusia 75 tahun itu, disebutkan Shofwan, tidak sekedar menolak kekalahan dengan serangkaian aksinya pasca-pemilu. Pasalnya, ia mengincar kedudukan di Partai Republik.
Dengan begitu, memungkinkannya untuk bisa maju menjadi capres 2024.
Baca juga: Demo AS Rusuh, Seruan agar Trump Dimakzulkan Kembali Muncul
"Kalau pun bukan dia sendiri yang maju, ia punya dinasti, keluarga yang sudah dilibatkan aktif dalam politik pemerintahan, seperti Jared Khusner, Ivanka, serta Donald Trump Jr atau sekutunya," ucapnya.
Sementara itu, "nyawa politik Trump ada di polarisasi" yang ia "rawat" dengan narasi-narasi tentang kecurangan pemilu AS 2020, kejahatan atau pengkhianatan Biden.
Baca juga: Pakar: Donald Trump Kunci di Balik Kerusuhan Gedung Capitol
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.