Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer AS Terang-terangan Salahkan Taliban atas Pembunuhan di Afghanistan

Kompas.com - 05/01/2021, 13:50 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Militer AS untuk pertama kalinya terang-terangan menyalahkan Taliban atas serentetan pembunuhan sosok terkemuka di Afghanistan.

Serangan itu terjadi di tengah persiapan pertemuan antara perwakilan pemerintah dengan pemberontak di Qatar, dalam upaya mereka mengakhiri konflik panjang.

Juru bicara pasukan AS di Afghanistan, Kolonel Sonny Leggett, dalam twit menyerukan agar pemberontak mengakhiri serangan mereka.

Baca juga: JK Siap Memediasi Pemerintah Afghanistan dengan Kelompok Taliban

"Kampanye Taliban atas serangkaian pembunuhan yang menyasar pejabat pemerintah, pemimpin sipil, hingga jurnalis harus disudahi demi tercapainya perdamaian," kata Leggett.

Dia merujuk kepada wakil gubernur Kabul, lima jurnalis, dan aktivis pemilu terkemuka merupakan tewas dibunuh sejak November lalu.

Pemerintah Afghanistan selama ini menuding Taliban sebagai dalang yang paling bertanggung jawab, yang kemudian menuai bantahan.

Adapun rival mereka, kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengaku anggota mereka bertanggung jawab atas sejumlah serangan.

Pernyataan Leggett muncul setelah pemberontak menuding militer AS menggelar serangan udara yang menghantam kelompok mereka di Kandahar, Nangarhar, dan Helmand.

Taliban menyatakan, serangan udara itu merupakan bentuk pelanggaran komitmen yang diteken pada Februari, berisi komitmen semua pasukan asing keluar pada Mei 2021.

Baca juga: Jenderal Paling Senior AS Desak Taliban Kurangi Kekerasan dan Tagih Janji Soal Afghanistan

Leggett menegaskan seperti diwartakan AFP Senin (4/1/2020), Pentagon akan melindungi tentara pemerintah dari pemberontak.

Kementerian Luar Negeri AS menuturkan Zalmay Khalilzad, utusan khusus di Afghanistan, bakal kembali ke Qatar dan menemui Kabul maupun Taliban secara terpisah.

Khalilzad tidak hanya berusaha mendapatkan komitmen kedua kubu menurunkan tensi, sekaligus menentukan seperti apa pembagian kekuasaan setelah perjanjian damai disepakati.

Baca juga: Perempuan Berdaya: Suhaila Siddiq Jenderal Perempuan Taliban Pertama, Bekerja Tanpa Burka

Si diplomat veteran AS juga bakal terbang ke Pakistan maupun Turkmenistan untuk mendapatkan dukungan luar negeri demi tercapainya perdamaian.

Kepala mata-mata Afghanistan Ahmad Zia Siraj menerangkan, sepanjang 2020 Taliban sudah menggelar serangan hingga 18.000 kali.

Nishank Motwani dari Afghanistan Research and Evaluation Unit berujar, pemberontak jelas takkan mengeklaim serangan sementara negosiasi berlangsung.

"Namun, Taliban jelas ingin menunjukkan siapa mereka dan mereka tidak akan berubah sampai kapan pun," jelas Motwani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

Global
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com