Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaleidoskop 2020: Bencana Alam di Dunia yang Terlewatkan di Tengah Pandemi

Kompas.com - 31/12/2020, 16:36 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Menurutnya, pada 2020 negara bagian California mengalami jumlah kebakaran yang lebih sedikit dari pada 1980-an. Tetapi kebakaran yang rutin dialami wilayah ini tahun ini, membakar sekitar lima kali lebih banyak area daripada yang terbakar pada tahun 1980-an.

Kebakaran besar terjadi karena kondisi di lapangan telah berubah. Ada dua faktor yang berperan.

Baca juga: Kebakaran California Ubah Langit Jadi Oranye, Warga: Rasanya Seperti Kiamat

"Vegetasi yang lebih kering (kekeringan bahan bakar), didorong oleh perubahan curah hujan, yang tidak banyak berubah, dan perubahan suhu, yang meningkat selama musim kebakaran, terutama di California,” jelas kata Hausfather.

2. Kebakaran Hutan di Australia

Kebakaran hutan Australia yang disebut Black Summer dimulai pada akhir 2019 dan menghancurkan antara 24 hingga 40 juta hektar semak belukar.

Setidaknya 33 orang tewas dalam kebakaran itu, dan asap tebal mungkin telah menyebabkan lebih banyak kematian. Menurut laporan dari Komisi Pengaturan Bencana Alam Nasional lebih dari 3.000 rumah hancur.

Asap menyelimuti kota-kota terbesar di negara itu termasuk Sydney dan Canberra. Biaya yang diasuransikan akibat kerugian terkait asap diperkirakan mencapai 3,6 miliar dollar AS (Rp 53 triliun), meskipun perkiraan lain menyebutkan total biaya mencapai 70 miliar dollar AS (Rp 982 triliun).

Miliaran hewan terbunuh atau terpaksa dipindahkan. Kebakaran ini disebut dapat meningkatkan risiko kepunahan beberapa spesies.

Gelombang panas berkepanjangan menyelimuti “Negeri Kangguru” selama kebakaran terjadi. Namun, sebuah studi yang dilakukan oleh kelompok Atribusi Cuaca Dunia yang diterbitkan pada Maret menemukan bahwa perubahan iklim meningkatkan risiko kebakaran hutan setidaknya 30 persen.

Meskipun kebakaran merupakan hal yang alami di Australia, namun sekarang terjadi pada frekuensi dan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya di daerah yang secara historis, belum pernah terbakar.

Baca juga: Bencana Margasatwa Terburuk : Hampir 3 Miliar Binatang Terbunuh dalam Kebakaran Hutan di Australia

Sekelompok ilmuwan iklim dari University of Tasmania in the Conversation menilai, pemulihan sistem alam ke kondisi sebelumnya tidak mungkin efektif dilakukan akibat kebakaran tahun ini.

Para ilmuwan menggunakan contoh hutan alpine ash untuk menunjukan bagaimana beberapa spesies tidak dapat pulih dari kebakaran. Pohon abu alpine pulih ketika benih dilepaskan dari kanopi dan dengan cepat tumbuh menjadi bibit setelah kebakaran.

"Beberapa kebakaran secara berurutan membunuh bibit sebelum mencapai kematangan, mengganggu siklus reproduksi pohon dan menyebabkan kepunahan lokal spesies di lanskap," kata kelompok itu.

3. Banjir di China

China mengalami banjir besar mulai Juni yang berdampak pada lebih dari 35 juta orang. Bencana ini menyebabkan sedikitnya 278 orang tewas atau hilang.

Bencana banjir tahun ini diperkiraan menimbulkan kerusakan hingga 32 miliar dollar AS (Rp 449 triliun).

Kementerian Sumber Daya Air China mencatat sebanyak 833 sungai di China telah melampaui batas peringatan keamanan. Jumlah itu 80 persen lebih banyak daripada periode yang sama tahun itu.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com