Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kaleidoskop 2020: Bencana Alam di Dunia yang Terlewatkan di Tengah Pandemi

KOMPAS.com - Tahun ini, pandemi virus corona telah menyebabkan kepanikan di seluruh dunia. Wabah juga menyebabkan kerugian besar bagi kehidupan dan perekonomian manusia.

Sejak awal tahun, pandemi telah membunuh jutaan orang di seluruh dunia, dan mengubah hidup semua orang sepenuhnya.

Hingga Rabu (30/12/2020), menurut data WHO virus corona sudah menjangkit lebih dari 80 juta orang, dengan jumlah kematian hampir 2 juta jiwa di 222 negara dunia

Bahkan majalah ikonik dunia TIME, memberi label 2020 dengan tanda silang merah dalam sampul edisi Desember 2020. Majalah tersebut juga menyebut tahun ini sebagai 'tahun terburuk yang pernah ada.

Nyatanya pandemi bukan satu-satunya bencana yang terjadi tahun 2020. Melansir AFP pada Senin (28/12/2020), sebuah laporan menghitung kerugian akibat bencana alam yang terjadi tahun ini.

Dilaporkan tahun ini, khusus bencana yang timbul karena masalah cuaca saja, merenggut sedikitnya 3.500 jiwa dan membuat lebih dari 13,5 juta orang mengungsi.

Dari sekian banyak bencana yang terjadi tahun ini, berikut lima bencana alam besar lainnya yang terlewatkan pada 2020:

1. Kebakaran di Amerika Serikat (AS)

Musim kebakaran tahun 2020 antara Juli dan November di pantai barat AS adalah salah satu yang paling merusak dalam catatan.

Lusinan kebakaran hutan di California, Colorado, Arizona, Washington, dan Oregon membakar lebih dari delapan juta hektar lahan.

Sekitar setengah dari area yang terbakar berada di dalam perbatasan California, membuat rekor baru untuk negara bagian tersebut. Sedikitnya 42 orang tewas.

Asap dari kebakaran, yang mengandung zat berbahaya, menyebabkan lonjakan jumlah pasien di rumah sakit di wilayah tersebut. Kondisi itu juga memengaruhi negara bagian tetangga dan Kanada.

Suhu di wilayah tersebut telah meningkat selama seabad terakhir. Pada Agustus, ketika titik api mencapai titik paling tinggi, wilayah tersebut mengalami gelombang panas yang memecahkan rekor.

Di Death Valley, suhu tercatat 54,4 derajat celsius, menjadi suhu terpanas yang pernah tercatat.

Kerugian akibat bencana ini diperkirakan mencapai 20 miliar dollar AS (Rp 280 triliun).

"Perubahan iklim memiliki peran besar dalam kebakaran salah satunya di hutan California. Tahun ini tren kebakaran hutan menjadi yang terparah dalam beberapa dekade terakhir," kata Zeke Hausfather, seorang ilmuwan iklim dan analis sistem energi, kepada weather.com.

Menurutnya, pada 2020 negara bagian California mengalami jumlah kebakaran yang lebih sedikit dari pada 1980-an. Tetapi kebakaran yang rutin dialami wilayah ini tahun ini, membakar sekitar lima kali lebih banyak area daripada yang terbakar pada tahun 1980-an.

Kebakaran besar terjadi karena kondisi di lapangan telah berubah. Ada dua faktor yang berperan.

"Vegetasi yang lebih kering (kekeringan bahan bakar), didorong oleh perubahan curah hujan, yang tidak banyak berubah, dan perubahan suhu, yang meningkat selama musim kebakaran, terutama di California,” jelas kata Hausfather.

2. Kebakaran Hutan di Australia

Kebakaran hutan Australia yang disebut Black Summer dimulai pada akhir 2019 dan menghancurkan antara 24 hingga 40 juta hektar semak belukar.

Setidaknya 33 orang tewas dalam kebakaran itu, dan asap tebal mungkin telah menyebabkan lebih banyak kematian. Menurut laporan dari Komisi Pengaturan Bencana Alam Nasional lebih dari 3.000 rumah hancur.

Asap menyelimuti kota-kota terbesar di negara itu termasuk Sydney dan Canberra. Biaya yang diasuransikan akibat kerugian terkait asap diperkirakan mencapai 3,6 miliar dollar AS (Rp 53 triliun), meskipun perkiraan lain menyebutkan total biaya mencapai 70 miliar dollar AS (Rp 982 triliun).

Miliaran hewan terbunuh atau terpaksa dipindahkan. Kebakaran ini disebut dapat meningkatkan risiko kepunahan beberapa spesies.

Gelombang panas berkepanjangan menyelimuti “Negeri Kangguru” selama kebakaran terjadi. Namun, sebuah studi yang dilakukan oleh kelompok Atribusi Cuaca Dunia yang diterbitkan pada Maret menemukan bahwa perubahan iklim meningkatkan risiko kebakaran hutan setidaknya 30 persen.

Meskipun kebakaran merupakan hal yang alami di Australia, namun sekarang terjadi pada frekuensi dan intensitas yang belum pernah terjadi sebelumnya di daerah yang secara historis, belum pernah terbakar.

Sekelompok ilmuwan iklim dari University of Tasmania in the Conversation menilai, pemulihan sistem alam ke kondisi sebelumnya tidak mungkin efektif dilakukan akibat kebakaran tahun ini.

Para ilmuwan menggunakan contoh hutan alpine ash untuk menunjukan bagaimana beberapa spesies tidak dapat pulih dari kebakaran. Pohon abu alpine pulih ketika benih dilepaskan dari kanopi dan dengan cepat tumbuh menjadi bibit setelah kebakaran.

"Beberapa kebakaran secara berurutan membunuh bibit sebelum mencapai kematangan, mengganggu siklus reproduksi pohon dan menyebabkan kepunahan lokal spesies di lanskap," kata kelompok itu.

3. Banjir di China

China mengalami banjir besar mulai Juni yang berdampak pada lebih dari 35 juta orang. Bencana ini menyebabkan sedikitnya 278 orang tewas atau hilang.

Bencana banjir tahun ini diperkiraan menimbulkan kerusakan hingga 32 miliar dollar AS (Rp 449 triliun).

Kementerian Sumber Daya Air China mencatat sebanyak 833 sungai di China telah melampaui batas peringatan keamanan. Jumlah itu 80 persen lebih banyak daripada periode yang sama tahun itu.

Sebanyak 267 sungai di antaranya berada di atas tingkat keamanan, dan 77 mencapai rekor tertinggi dalam sejarah.

Pada tahun 2020, curah hujan rata-rata nasional mencapai 616 mm, lebih tinggi 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan tertinggi kedua sejak 1961.

Beberapa daerah yang terkena dampak paling parah berada di sekitar lembah sungai Yangtze yang padat penduduk, termasuk provinsi Sichuan dan Guizhou, dan kota Chongqing, tempat tinggal lebih dari 30 juta orang.

Ada proyeksi bahwa perubahan iklim akan menyebabkan proporsi yang lebih tinggi dari curah hujan yang turun sebagai hujan terkonsentrasi, dengan studi tahun 2016 menemukan bahwa Cina adalah negara dengan risiko banjir tertinggi di dunia.

4. Cyclone Amphan di India dan Bangladesh

Dengan kecepatan angin berkelanjutan 270 km/jam, Topan Amphan adalah salah satu badai terkuat yang pernah tercatat di Teluk Bengal, India, dan juga yang paling merugikan tahun ini.

Sedikitnya 128 orang tewas akibat topan ini. Kerusakan besar juga ditimbulkan di kota-kota yang dilewatinya seperti Bangladesh, Sri Lanka dan Bhutan.

Kerusakan akibat bencana ini diperkirakan mencapai Perkiraan biaya 13 miliar dollar AS (Rp 182 triliun).

Beberapa penelitian menemukan kekuatan siklon yang memengaruhi negara-negara yang berbatasan dengan Samudra Hindia Utara semakin meningkat.

Suasana yang lebih hangat juga dapat mendorong curah hujan yang lebih ekstrem selama siklon terjadi, akibatnya bisa meningkatkan ancaman banjir.

Permukaan laut global telah meningkat sekitar 23 cm dan ini secara dramatis meningkatkan jarak yang dapat dicapai oleh gelombang badai.

“India saat ini merupakan penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.

Menurut Pelacak Aksi Iklim, Negara Asia Selatan itu adalah salah satu dari sedikit negara yang telah menetapkan target untuk mengurangi emisi karbon yang “kompatibel.” Caranya dengan menjaga kenaikan suhu planet di bawah 2 derajat celsius dibandingkan dengan masa pra-industri.

5. Letusan Gunung Berapi di Filipina

Pada 12 Januari, gunung berapi Taal di pulau Luzon, Filipina kembali aktif dan mengirimkan awan abu ke angkasa.

Letusannya segera meningkat, menciptakan asap dan abu setinggi 14 km. Ini adalah letusan pertama dalam 40 tahun.

Saat awan abu melayang lebih dari 100 mil (62 km) ke utara. Sebanyak 300.000 penduduk yang tinggal di dekat gunung berapi harus dievakuasi karena bencana itu.

Manila Bulletin melaporkan bahwa letusan itu menyebabkan 39 kematian, sebagian besar akibat serangan jantung atau peristiwa medis lainnya di dalam pusat-pusat evakuasi, menurut pejabat pemerintah.

Pada 13 Februari, Dewan Pengurangan dan Manajemen Risiko Bencana Nasional (NDRRMC) dan Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (PHIVOLCS) melaporkan total 2.484 gempa bumi gunung berapi-tektonik di sekitar gunung berapi, 176 di antaranya dirasakan.

Filipina masih belum pulih dari letusan gunung berapi dengan sejumlah negara mengirimkan bantuan dalam negeri.

Ilmuwan telah memperingatkan sebelumnya, bahwa perubahan iklim dapat memicu letusan gunung berapi di seluruh dunia.

Letusan gunung berapi Taal terjadi 60 km dari selatan Manila. Meski Gunung Taal termasuk salah satu gunung berapi terkecil di dunia, letusan tahun ini memuntahkan awan abu yang sangat besar. Asap membumbung setinggi 14 km di atas kawah.

Taal bukan satu-satunya letusan gunung berapi yang terjadi tahun ini. Volcanic Ash Advisory melaporkan setidaknya 25 gunung berapi lainnya di seluruh dunia juga menunjukan peningkatan aktivitas pada 2020.

https://www.kompas.com/global/read/2020/12/31/163629470/kaleidoskop-2020-bencana-alam-di-dunia-yang-terlewatkan-di-tengah-pandemi

Terkini Lainnya

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke