Wallace mengakui perilaku Rusia "tidak sesuai dengan norma dulu" menyusul serentetan aktivitas di perairan, menurut laporan Daily Telegraph.
Mantan mata-mata Skripal (69 tahun) dan putrinya Yulia diracuni dengan Novichok di Salisbury pada Maret 2018 dalam serangan yang mengejutkan dunia.
Baca juga: Pakar Peringatkan Potensi Virus Baru Lebih Mematikan Muncul Usai Pandemi Covid-19
Keduanya selamat, meskipun Skripal, sekarang bernapas melalui selang. Ia sempat dipenjara di Rusia pada 2006 karena menjual rahasia kepada agen Inggris.
Belakangan, regu pembunuh Kremlin dilaporkan mencoba membunuh "lawan yang paling ditakuti" Putin saat ia dalam keadaan koma menyusul upaya sebelumnya dalam hidupnya.
Dosis racun kedua diberikan kepada Alexei Navalny yang diserang tepat sebelum dia diterbangkan ke Jerman untuk pengobatan yang menyelamatkan nyawa setelah diracun.
Aktivis antikorupsi, Navalny, menjadi berita utama saat jatuh sakit dalam penerbangan dari Siberia ke Moskwa pada Agustus, setelah menjadi sasaran Novichok.
Diyakini dia awalnya diracuni ketika tetesan kecil racun disemprotkan ke celananya oleh agen keamanan negara di kamar hotelnya.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan virus Marburg sebagai "penyakit yang sangat mematikan" dengan tingkat kematian 88 persen.
Baca juga: Bunuh Korban dengan Racun Napas Iblis Sepasang Kriminal Ini Dipenjara Seumur Hidup
Virus itu bertanggung jawab atas dua wabah besar di Marburg dan Frankfurt di Jerman, dan di Beograd di Serbia, pada 1967.
Virus tersebut diyakini berasal dari monyet hijau Afrika yang dibawa dari Uganda untuk penelitian laboratorium.
Sedangkan, penyakit virus Ebola seebelumnya disebut demam berdarah Ebola, yaitu infeksi virus yang terjadi pada manusia dan primata.
Virus Ebola merupakan bagian dari keluarga Filoviridae, yang juga termasuk virus Marburg.
Virus ini pertama kali terdeteksi di daerah dekat Sungai Ebola, yang menjadi asal mula penyakit itu.
Baca juga: Pria Ini Mengaku Masukkan Racun Saraf Novichok ke Pemimpin Oposisi Rusia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.