Ini merinci bagaimana "pengacara, mahasiswa dan pekerja perempuan bertemu untuk membahas hak-hak mereka."
Dalam karyanya, Mottahedeh mengutip salah satu slogan kunci dari gerakan perempuanpascarevolusi: "Kita tidak melakukan revolusi untuk melangkah mundur."
Khomeini dan pendukungnya tidak terlalu peduli pada hak-hak perempuan. Dalam pikiran mereka, perempuan Iran harus sangat berlawanan dengan perempuan liberal yang mendapat kebebasan di Barat.
Kaum revolusioner tidak hanya ingin membebaskan Iran dari pengaruh politik dan ekonomi AS selama bertahun-tahun, tetapi juga mempromosikan budaya Islam di kawasan itu.
Cadar menjadi ciri khas dari tatanan baru yang sejatinya kembali ke tatanan lama ini - melambangkan cara hidup Iran yang sangat anti-Barat.
"Revolusi Islam berkembang menjadi kontrarevolusi seksual, pertarungan memperebutkan seksualitas perempuan," tulis ilmuwan politik AS, Hamideh Sedghi dalam laporannya tahun 2007: Women and Politics in Iran: Veiling, Unveiling, and Reveiling.
Seksualitas dengan demikian telah menjadi isu yang sangat dipolitisasi, dengan konotasi anti-Barat yang kuat.
Salah satu slogan yang beredar di tahun 1979 adalah: "Pakailah kerudung, atau kami akan memukul kepalamu." Yang lainnya adalah: "Kematian bagi yang menanggalkan hijab."
Baca juga: Protes Aturan Hijab, Perempuan Iran Dipenjara Satu Tahun
Khomeini mulai mendesak perempuan untuk memakai kerudung sejak musim semi 1979. Pada tahun 1983, parlemen Iran memutuskan bahwa perempuan yang tidak menutupi rambutnya di muka umum akan dihukum dengan 74 cambukan.
Sejak tahun 1995, perempuan yang tidak berjilbab juga bisa dipenjara hingga 60 hari.
Perempuan Iran yang menentang aturan kemudian dicap sebagai "pelacur Barat," tulis Hamideh Sedghi. Tradisi berkerudung disalahgunakan untuk mempromosikan dan menegakkan citra perempuan Iran sejati, di kalangan luas masyarakat.
"Perempuan berpakaian pantas - sebuah norma yang ditetapkan oleh rezim- menjadi pembawa kehidupan religius Iran, negara dan masyarakat pada umumnya," kata Negar Mottahedeh.
Namun, semakin banyak pria dan perempuan Iran yang menolak ideologi yang dipaksakan oleh pemimpin agama Iran ini.
"Perempuan memprotes dengan tidak lagi mengindahkan kode berpakaian," kata Mottahedeh. "Mereka menunjukkan bahwa mereka ingin mendapatkan kembali kendali atas tubuh mereka sendiri. Memilih bagaimana mereka menata rambut mereka, atau apakah mereka mengecat kuku atau tidak, adalah pilihan mereka."
Perempuan Iran, katanya, mengadopsi cara baru untuk melakukan protes, dan dengan demikian, memaksa rezim untuk bereaksi.
"Hal ini, pada gilirannya, memancing respons dari perempuan Iran. Kebijakan di sekitar tubuh perempuan terus berubah."
Baca juga: Setengah dari Perempuan Iran Tolak Hukum Keharusan Berhijab
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.