Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Otoritas Iran Memaksa Perempuan untuk Berkerudung?

Kompas.com - 24/12/2020, 17:17 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

Ini merinci bagaimana "pengacara, mahasiswa dan pekerja perempuan bertemu untuk membahas hak-hak mereka."

Dalam karyanya, Mottahedeh mengutip salah satu slogan kunci dari gerakan perempuanpascarevolusi: "Kita tidak melakukan revolusi untuk melangkah mundur."

Khomeini dan pendukungnya tidak terlalu peduli pada hak-hak perempuan. Dalam pikiran mereka, perempuan Iran harus sangat berlawanan dengan perempuan liberal yang mendapat kebebasan di Barat.

Kaum revolusioner tidak hanya ingin membebaskan Iran dari pengaruh politik dan ekonomi AS selama bertahun-tahun, tetapi juga mempromosikan budaya Islam di kawasan itu.

Cadar menjadi ciri khas dari tatanan baru yang sejatinya kembali ke tatanan lama ini - melambangkan cara hidup Iran yang sangat anti-Barat.

"Revolusi Islam berkembang menjadi kontrarevolusi seksual, pertarungan memperebutkan seksualitas perempuan," tulis ilmuwan politik AS, Hamideh Sedghi dalam laporannya tahun 2007: Women and Politics in Iran: Veiling, Unveiling, and Reveiling.

Seksualitas dengan demikian telah menjadi isu yang sangat dipolitisasi, dengan konotasi anti-Barat yang kuat.

Salah satu slogan yang beredar di tahun 1979 adalah: "Pakailah kerudung, atau kami akan memukul kepalamu." Yang lainnya adalah: "Kematian bagi yang menanggalkan hijab."

Baca juga: Protes Aturan Hijab, Perempuan Iran Dipenjara Satu Tahun

Mempolitisasi tubuh

Khomeini mulai mendesak perempuan untuk memakai kerudung sejak musim semi 1979. Pada tahun 1983, parlemen Iran memutuskan bahwa perempuan yang tidak menutupi rambutnya di muka umum akan dihukum dengan 74 cambukan.

Sejak tahun 1995, perempuan yang tidak berjilbab juga bisa dipenjara hingga 60 hari.

Perempuan Iran yang menentang aturan kemudian dicap sebagai "pelacur Barat," tulis Hamideh Sedghi. Tradisi berkerudung disalahgunakan untuk mempromosikan dan menegakkan citra perempuan Iran sejati, di kalangan luas masyarakat.

"Perempuan berpakaian pantas - sebuah norma yang ditetapkan oleh rezim- menjadi pembawa kehidupan religius Iran, negara dan masyarakat pada umumnya," kata Negar Mottahedeh.

Namun, semakin banyak pria dan perempuan Iran yang menolak ideologi yang dipaksakan oleh pemimpin agama Iran ini.

"Perempuan memprotes dengan tidak lagi mengindahkan kode berpakaian," kata Mottahedeh. "Mereka menunjukkan bahwa mereka ingin mendapatkan kembali kendali atas tubuh mereka sendiri. Memilih bagaimana mereka menata rambut mereka, atau apakah mereka mengecat kuku atau tidak, adalah pilihan mereka."

Perempuan Iran, katanya, mengadopsi cara baru untuk melakukan protes, dan dengan demikian, memaksa rezim untuk bereaksi.

"Hal ini, pada gilirannya, memancing respons dari perempuan Iran. Kebijakan di sekitar tubuh perempuan terus berubah."

Baca juga: Setengah dari Perempuan Iran Tolak Hukum Keharusan Berhijab

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com