Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Coklat Tertua di Dunia Ditemukan Masih Utuh, Diduga Pesanan Ratu Inggris

Kompas.com - 21/12/2020, 18:07 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Ada spekulasi jika Paterson membeli kaleng coklat dari pasukan yang bertugas dan seperti banyak tentara lainnya, ia mengirimnya ke Australia.

Perusahaan coklat sempat berselisih dengan Ratu Victoria

Ada kisah lain di balik kisah coklat Banjo Paterson yang mengandung kontroversi.

Perusahaan Cadbury di Inggris mengatakan kepada ABC jika permintaan awal tahun 1899 dari Istana Buckingham adalah untuk membuat "70.000 sampai 80.000 pon kaleng coklat… yang dibayar dari uang pribadi (Ratu Victoria)" untuk pasukan di Afrika Selatan.

Menurut memo internal dari Cadbury Brothers, "kakao harus dibuat menjadi pasta dan dipermanis agar siap digunakan dalam kondisi kehidupan kamp dan siap pakai, juga kaleng harus dibuat dan didekorasi secara khusus."

Tetapi pemilik Cadbury adalah pencinta damai dan pada awalnya tidak ingin berurusan, apalagi memasok produk mereka untuk perang Boer.

Baca juga: Kenapa Hargobind Punjabi Dijuluki Ratu Penipu Hollywood? Begini Ceritanya...

Pesanan tersebut kemudian diubah dari kaleng kakao menjadi blok coklat, dan Cadbury pada awalnya menolak untuk mencantumkan namanya di kaleng atau coklat di dalamnya.

Akhirnya Istana memenangkan tarik ulur diplomatik dengan Cadbury, karena Ratu bersikeras jika pasukannya tahu bahwa itu adalah coklat Inggris yang "berkualitas baik".

Dan kualitasnya tampaknya terbukti cukup baik untuk bisa bertahan lebih dari satu abad dengan hanya mengalami sedikit kerusakan.

Konservasi dari penggalangan dana publik

Kaleng coklat dan kliping koran dari masa Banjo Paterson sebagai koresponden perang, dipegang sendiri oleh Banjo sampai kematiannya pada 1941, kemudian diturunkan dari generasi ke generasi sebelum diakuisisi oleh National Library of Australia tahun lalu.

Sekarang Perpustakaan Nasional Australia ini telah memulai upaya untuk melestarikan dan mendigitalkan koleksi Banjo supaya bisa dibagikan kepada dunia.

Berkat daya tarik "The Banjo", pembiayaan untuk proyek tersebut datang melalui penggalangan dana publik.

Direktur Jenderal NLA Marie-Louise Ayres mengatakan, perpustakaan dengan mudah mengumpulkan 150.000 dollar Australia, atau lebih dari Rp 1.5 miliar untuk katalog dan pelestarian koleksi milik Banjo.

"Setiap tahun kami meminta setiap anggota masyarakat apakah mereka ingin berkontribusi pada sebuah proyek," kata Dr Ayres.

"Makalah Banjo Paterson adalah koleksi ikonik, kami yakin ketika kami pergi ke publik dan meminta bantuan, mereka akan memberikannya dan mereka sudah melakukannya."

Harta karun lain yang dilestarikan dari koleksi Banjo Paterson termasuk versi awal "Waltzing Matilda" dan potret gelatin perak besar yang kemudian direproduksi pada uang kertas Australia pecahan 10 dollar.

Sayangnya, foto itu robek dan rusak karena air di rumah keluarga Banjo dan tentu saja kondisinya lebih buruk daripada coklat Banjo.

Koleksi Banjo Paterson akan tersedia untuk dilihat secara online setelah proyek selesai.

Untuk saat ini, coklat akan disimpan di Perpustakaan Nasional Australia, tersimpan dengan aman di tempat yang sejuk dan kering.

Baca juga: [Biografi Tokoh Dunia] Ratu Wilhelmina, Wanita yang Membawa Belanda Lewati 2 Perang Dunia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com