Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani di India Bersikeras Tolak UU Pertanian, Ancam Penuhi New Delhi dengan Traktor

Kompas.com - 13/12/2020, 20:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

NEW DELHI, KOMPAS.com – Puluhan ribu petani di India kembali menggelar demonstrasi menentang tiga undang-udang (UU) pertanian terbaru pada Minggu (13/12/2020) yang dianggap merugikan mereka.

Menurut Pemerintah India, ketiga UU terbaru itu bertujuan merombak aturan pengadaan dan penetapan harga pangan dengan mengizinkan perusahaan swasta mengakses langsung ke sektor pertanian.

Perdana Menteri India Narendra Modi menjamin bahwa UU tersebut bakan melipatgandakan pendapatan petani.

Namun, para petani berpendapat sebaliknya dan mengatakan bahwa UU tersebut justru merugikan mereka sebagaimana dilansir dari Reuters.

Baca juga: Petani India: Bertekad Tolak UU Reformasi Pertanian, Menang atau Mati

Para pejabat pemerintah dan pemimpin serikat petani sebenarnya telah bertemu dan membahas UU tersebut sebanyak enam kali.

Namun, kedua belah pihak tidak menemukan kata sepakat.

Kamal Preet Singh Pannu, pemimpin serikat petani Sanyukta Kisan Andolan, mengancam bahwa para petani akan memenuhi New Delhi dengan membawa traktor-traktor mereka.

“Ratusan petani akan membawa traktor mereka ke New Delhi untuk menyuarakan penolakan kami terhadap UU (pertanian),” kata Pannu

Sanyukta Kisan Andolan adalah salah satu dari 30 serikat petani yang menentang UU pertanian terbaru tersebut.

Baca juga: Ribuan Petani di India Bangkit Melawan PM Narendra Modi

“Pemerintah ingin mendiskreditkan dan menghancurkan gerakan kami, tetapi kami akan terus melakukan protes dengan damai,” imbuh Pannu.

Otoritas lokal lantas meningkatkan langkah-langkah keamanan, termasuk mengerahkan polisi dan memasang barikade untuk mencegah petani memasuki New Delhi dalam jumlah yang besar.

Sementara itu, partai oposisi dan beberapa ekonom senior memberikan dukungan untuk protes tersebut.

"Saya telah mempelajari UU pertanian baru di India dan menyadari bahwa UU itu cacat dan akan merugikan petani," kata mantan penasihat ekonomi untuk pemerintah India, Kaushik Basu, di Twitter.

Baca juga: Foto Viral Polisi Pukul Petani Tua dalam Aksi Protes di India

“Peraturan pertanian (memang) kita perlu diubah, tetapi UU pertanian terbaru itu pada akhirnya akan lebih melayani kepentingan perusahaan daripada petani,” imbuh Basu.

Dia juga memberikan dukungan dan memberikan hormat terhadap para petani India yang melakukan aksi protes menentang UU pertanian tersebut.

Di sisi lain, pejabat pemerintah India mengimbau para industrialis dan pebisnis terkemuka untuk menjelaskan manfaat UU pertanian terbaru tersebut kepada petani.

Imbauan itu mereka sampaikan dalam pertemuan yang membahas dunia industri India di New Delhi pada Sabtu (12/12/2020).

Baca juga: Mengenal Asal Mula Kata Boikot, Berawal dari Kemarahan Petani

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hampir 100 Truk Bantuan Masuk Gaza lewat Dermaga AS

Hampir 100 Truk Bantuan Masuk Gaza lewat Dermaga AS

Global
Presiden Perancis dan Para Menteri Arab Bahas Pendirian Negara Palestina

Presiden Perancis dan Para Menteri Arab Bahas Pendirian Negara Palestina

Global
Usai Keputusan ICJ, Warga Palestina Ingin Tindakan, Bukan Kata-kata

Usai Keputusan ICJ, Warga Palestina Ingin Tindakan, Bukan Kata-kata

Global
[POPULER GLOBAL] Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah | Cerita Ayah Tak Mampu Beli iPhone bagi Putrinya

[POPULER GLOBAL] Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah | Cerita Ayah Tak Mampu Beli iPhone bagi Putrinya

Global
ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

Global
Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Global
Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Global
Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Global
Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Global
Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Global
Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Global
Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Internasional
Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Internasional
China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

Global
Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com