Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani India: Bertekad Tolak UU Reformasi Pertanian, "Menang atau Mati"

Kompas.com - 07/12/2020, 17:28 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

KUNDLI, KOMPAS.com - Puluhan ribu petani berkemah di musim dingin yang menggigit, di belakang kawat berduri dan truk yang memblokir jalan raya utama menuju ibu kota India.

Mereka melakukan aksi protes atas reformasi pertanian yang mereka khawatirkan dapat menghancurkan mata pencaharian mereka.

Lapisan jerami, kasur, dan selimut mereka siapkan untuk menjadi alas tidur di dalam traktor dan truk yang mereka bawa di jalan raya. Sementara, makanan untuk enam bulan ditumpuk di kotak trailer.

Hal itu menjadi tanda bahwa para petani India dengan tegas mempertahankan blokade sampai Perdana Menteri Narendra Modi menarik kebijakan reformasi pertanian.

Baca juga: Penyakit Misterius Muncul di India, 140 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Melansir AFP pada Senin (7/12/2020), slogan-slogan pro-petani terdengar dari pengeras suara di barisan petani, dengan beberapa pengunjuk rasa berdiri di atas traktor mengacungkan pedang dan tombak.

Sandeep Singh, seorang petani dari distrik Ludhiana di negara bagian Punjab utara, sebuah wilayah agraris utama, berkata kepada AFP, "Undang-undang ini (reformasi pertanian) adalah hukuman mati bagi para petani."

"Ini (blokade) adalah Tembok Berlin, tetapi bahkan jika kami harus memprotes selama satu atau dua tahun atau harus menghadapi peluru, kami tidak akan meninggalkan tempat ini sampai undang-undang dicabut."

Inti dari perselisihan tersebut adalah undang-undang baru yang menurut pemerintah akan merombak sektor yang gagal dengan deregulasi pertanian dan menghilangkan perantara negara.

Baca juga: Ribuan Petani di India Bangkit Melawan PM Narendra Modi

Namun, para petani India percaya bahwa perubahan tersebut hanya akan menguntungkan perusahaan besar.

Baik pemerintah dan kelompok petani menolak untuk mengubah pendapatnya, meskipun beberapa pembicaraan telah dilakukan.

"Kami sama sekali tidak mempercayai pemerintah. Setiap undang-undang yang mereka bawa sebelumnya telah berubah menjadi bencana...Mereka ingin melemahkan petani dan menyerahkan tanah serta kehidupan kami kepada perusahaan besar," kata Singh.

Blokade dimulai ketika para petani berbaris dari Punjab menuju New Delhi pada 26 November, yang memicu bentrokan dengan polisi.

Baca juga: Pawang Cuaca China Akan Mencakup Area Lebih Luas dari Wilayah India

Kita mati atau kita menang

Singh (65 tahun) salah satu demonstran pertama, telah bergabung dengan puluhan ribu rekannya yang sebagian besar adalah petani Sikh.

Dia dan belasan orang lainnya mengendarai 6 traktor membawa jatah ke perbatasan antara Delhi dan negara bagian Haryana, yang terletak di antara ibu kota dan Punjab.

Singh mengawasi salah satu dari sejumlah dapur darurat tempat makanan dimasak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com