Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Data Covid-19 China Bocor, Ternyata Sembunyikan Separuh Kasus dan Kematian

Kompas.com - 01/12/2020, 20:26 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber Daily Mail

BEIJING, KOMPAS.com - Sebuah dokumen yang bocor menyebutkan bahwa China menyembunyikan hingga separuh data kasus dan kematian Covid-19.

Pada 10 Februari misalnya, China melaporkan 2.478 kasus baru di seluruh negeri tetapi dalam dokumen tercatat di Hubei saja ada 5.918 kasus.

Kemudian pada 7 Maret provinsi Hubei melaporkan total korban meninggal 2.986, tapi di dokumen terhitung totalnya 3.456.

Baca juga: China dan Korea Selatan Berseteru Lagi, Kali Ini soal Kimchi

Contoh lainnya tanggal 17 Februari. Hubei kala itu melaporkan 93 kematian akibat virus corona, tetapi di dokumen tercantum 196 pasien meninggal.

Lalu pada 7 Maret Hubei melaporkan 83 kasus, tapi yang tercatat di dokumen adalah 115.

Laporan lainnya juga mencatat kematian 6 tenaga kesehatan akibat Covid-19 pada 10 Februari.

Mundur lebih jauh ke belakang, tercatat jumlah kasus pada 2019 saat awal wabah virus corona merebak adalah 200 kasus.

Sampai sekarang yang dilaporkan China adalah 44 kasus pada 2019, yang pada 3 Januari dilaporkan ke WHO sebagai "pneumonia dengan etiologi yang tidak diketahui".

Baca juga: Kim Jong Un Dikabarkan Sudah Disuntik Vaksin Covid-19 dari China

Dilansir dari Daily Mail pada Selasa (1/12/2020), dokumen-dokumen itu terdiri dari 117 halaman dan diserahkan ke CNN oleh seorang whistleblower di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Hubei, yang merupakan lokasi pusat wabah Covid-19.

Whistleblower itu menggambarkan dirinya sebagai seorang patriot, yang termotivasi untuk mengungkap kebenaran yang disensor, dan menghormati rekan-rekan yang juga sudah angkat bicara.

Selain data kasus dan kematian Covid-19, dokumen itu juga menyebut bahwa Hubei sebenarnya berada dalam epidemi flu besar saat Covid-19 menyerang.

Jumlah laporan kasus flu musiman di provinsi itu meningkat 20 kali lipat pada Desember 2019, yang berpusat di kota Yichang dan Xianning.

Kemudian Wuhan tempat virus corona baru pertama kali muncul, adalah kota ketiga yang terkena dampak terburuk epidemi flu musiman.

Baca juga: Pejabat China Unggah Foto Tentara Australia Acungkan Pisau ke Leher Bocah, Ternyata Palsu

Data laporan itu menunjukkan sejumlah besar kasus flu termasuk di Wuhan tidak diketahui penyebabnya sejak 2 Desember.

Para peneliti mengatakan kepada CNN, ada kemungkinan beberapa di antaranya adalah kasus virus corona yang salah diagnosis, tetapi tidak bisa dipastikan begitu karena datanya tidak ada.

Amesh Adalja dari Universitas Johns Hopkins yang berada di garis depan pelacakan virus corona mengatakan, "Mereka hanya menguji apa yang mereka ketahui."

Dokumen yang bocor tadi juga mengungkap kekacauan pengujian awal di China, yang berujung pada kasus-kasus tidak dilaporkan.

Baca juga: Cara China Tumbuhkan Loyalitas Warga Hong Kong: Reformasi Pendidikan

Menurut data, tes asam nukleat yang awalnya digunakan untuk mendiagnosis virus corona hanya berhasil 30-50 persen saat itu.

Artinya para ilmuwan kerap terpaksa menggunakan metode lain - seperti pemindaian paru-paru - untuk mendiagnosis pasien yang mereka yakini terkena Covid-19, tetapi hasil tesnya selalu negatif.

Namun sistem pelaporan di "Negeri Panda" hanya melaporkan kasus-kasus yang telah dikonfirmasi oleh tes ke publik, sedangkan kasus-kasus sisanya ditandai sebagai "dicurigai" atau "didiagnosis secara klinis".

Dokumen internal itu juga menunjukkan bahwa otoritas kesehatan Hubei kekurangan dana, dan bermasalah dengan motivasi staf ketika pandemi melanda.

Baca juga: 4 Dokter di China Dihukum Penjara karena Terlibat Praktik Perdagangan Organ Ilegal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com