Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Menolak Meminta Maaf kepada Australia Terkait Foto Tentara Palsu

Kompas.com - 01/12/2020, 21:34 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber BBC

CANBERRA, KOMPAS.com - China menuduh Australia berusaha mengalihkan perhatian publik dari dugaan kejahatan perang oleh tentaranya di Afghanistan, setelah Canberra menyatakan kemarahan atas unggahan yang disebut pihaknya “memuakkan”.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah menuntut permintaan maaf dari China yang disebut membagikan gambar palsu seorang tentara Australia yang membunuh seorang anak Afghanistan.

Namun Kedutaan Besar China di Australia justru menyerang pernyataan Morrison tanpa meminta maaf.

Beijing kini mengatakan bahwa Australia berusaha menyalahkan "Negeri Panda" atas memburuknya hubungan bilateral.

"Tuduhan yang dibuat hanya untuk melayani dua tujuan. Yang pertama untuk mengalihkan perhatian publik dari kekejaman yang mengerikan yang dilakukan oleh tentara Australia tertentu. Yang lainnya untuk menyalahkan China atas memburuknya hubungan bilateral. Mungkin ada upaya lain untuk memicu nasionalisme domestik," katanya dalam sebuah pernyataan seperti dilansir BBC.

Ia pun menyampaikan nasihat bagi Australia untuk menghadapi kejahatan yang dilakukan oleh tentara Australia di Afghanistan, meminta pertanggungjawaban para pelaku dan membawa keadilan kepada para korban," tambah pernyataan itu.

Baca juga: Pejabat China Unggah Foto Tentara Australia Acungkan Pisau ke Leher Bocah, Ternyata Palsu

Hubungan bilateral antara China dan Australia sangat tegang tahun ini setelah Canberra memimpin seruan untuk menyelidiki asal-usul pandemi Covid-19.

Beberapa bulan lalu, dua koresponden terakhir yang bekerja untuk media Australia di China dievakuasi atas saran para diplomat.

Baru-baru ini, dua akademisi Australia dilarang memasuki China.

Ada juga diskusi yang sedang berlangsung tentang dugaan campur tangan Beijing dalam urusan Australia. Sementara ketegangan ekonomi telah meningkat dengan penghentian perdagangan dan tarif yang diberlakukan oleh China, termasuk tarif hingga 200% untuk anggur Australia.

Hubungan antara kedua negara telah jatuh ke titik terendah dalam beberapa hari terakhir.

Tweet dengan gambar palsu itu diposting sebagai tanggapan atas laporan yang memberatkan bulan lalu tentang dugaan kejahatan perang Australia.

Angkatan Pertahanan Australia mengatakan telah menemukan "informasi yang dapat dipercaya" bahwa 25 tentara Australia terlibat dalam pembunuhan 39 warga sipil dan tahanan Afghanistan antara tahun 2009 dan 2013.

Pada Senin (30/11/2020), China bergabung dalam kecaman luas atas temuan itu. Kejadian tersebut kini dalam penyelidikan polisi, tetapi gambar yang dibuat-buat yang dibagikan oleh juru bicara kementerian luar negeri Zhao Lijian telah memicu reaksi marah di Canberra dan sekitarnya.

Baca juga: Buntut Penyelidikan Pembunuhan di Afghanistan, 13 Tentara Australia Dipecat

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan Beijing harus "benar-benar malu" karena berbagi citra "menjijikkan" dan menuntut permintaan maaf.

Twit itu juga mendorong Jacinda Ardern, Perdana Menteri negara tetangga Selandia Baru, untuk menyampaikan keprihatinannya dengan Beijing.

Pada Selasa (01/12/2020), Perdana Menteri Arden mengatakan Selandia Baru telah secara langsung menyampaikan keprihatinannya dengan otoritas China.

"Itu adalah posting yang tidak benar, dan tentu saja itu akan menjadi perhatian kami. Jadi itu adalah sesuatu yang kami kemukakan secara langsung dengan cara yang dilakukan Selandia Baru ketika kami memiliki kekhawatiran seperti itu," katanya kepada wartawan di parlemen di ibu kota Wellington.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com