"Pengawalku setinggi tujuh kaki dan milikmu hanya setinggi bahu mereka," kata Kaiser Wilhelm II.
Wilhelmina tersenyum sopan dan menjawab, "Benar, Yang Mulia, penjagamu setinggi tujuh kaki. Tapi, ketika kita membuka tanggul kita, airnya sepuluh kaki!"
Selama Perang Dunia I, ia berperan dalam menjaga netralitas Belanda di panggung politik dunia.
Baca juga: Sehari Usai Bom Jeddah, Kedubes Arab Saudi di Belanda Ditembaki
Wilhelmina dikenal juga sebagai "ratu prajurit".
Alasannya, sebagai seorang wanita, dia tidak bisa menjadi Panglima Tertinggi, tetapi dia tetap menggunakan setiap kesempatan yang dia miliki untuk memeriksa pasukannya selama perang dunia.
Melansir New World Encyclopedia, dalam banyak kesempatan dia muncul tanpa pemberitahuan sebelumnya, ingin melihat kenyataan, bukan kondisi yang dibuat-buat.
Dia mencintai tentaranya, tetapi sangat tidak senang dengan sebagian besar pemerintahannya, yang menggunakan militer sebagai tameng untuk pemotongan anggaran yang tidak sesuai.
Wilhelmina menginginkan pasukan kecil, tapi terlatih dan lengkap. Namun, itu jauh dari kenyataan.
Baca juga: Disebut Teroris, Erdogan Gugat Politisi Sayap Kanan Belanda Geert Wilders
Pada 4 September 1948, dilansir dari Five Minute History, Wilhelmina turun takhta, setelah memimpin selama 57 tahun dan 286 hari.
Menurut New World Encyclopedia, kepemimpinan Wilhelmina tercatat lebih lama dari raja Belanda lainnya dan membawa negaranya melewati krisis Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Kepemimpinananya telah memutus hubungan Belanda dengan Luksemburg, yang menerapkan undang-undang yang melarang kepemimpinan dari seorang wanita.
Wilhelmina mengundurkan diri dan mewariskan mahkotanya kepada putrinya Juliana dan memilih berada di Istana Het Loo.
Saat itu, pengaruh kerajaan Belanda sudah mulai menurun, tapi negara tetap mencintai keluarga kerajaan.
Wihelmina tutup usia pada 28 November 1962 di Istana Het Loo.
Baca juga: Raja Belanda Minta Maaf Telah Berlibur di Tengah Aturan Lockdown Covid-19 di Negaranya
Ia dimakamkan di ruang bawah tanah Keluarga Kerajaan Belanda di Nieuwe Kerk di Delft, pada 8 Desember. Pemakaman itu, atas permintaannya.
Ia juga meminta seluruh hal yang diberikan dalam pemakananya berwarna putih, yang mana untuk mengekspresikan yang ia yakini, bahwa kematian duniawi adalah awal dari kehidupan kekal.
Pada saat kematiannya, sebuah berita kematian New York Times meringkas apa yang orang-orang Belanda pikirkan tentang Ratu Wilhelmina mereka selama Perang Dunia II.
Meskipun perayaan ulang tahun Ratu dilarang oleh Jerman, namun tetap diperingati.
Ketika pengunjung gereja di kota nelayan kecil Huizen bangkit dan menyanyikan satu bait lagu kebangsaan Belanda, Wilhelmus van Nassauwe, pada hari ulang tahun Ratu, kota itu membayar denda sebesar 60.000 gulden atau lebih dari 500.000 dollar AS hari ini (Rp 7 miliar).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.