Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arab Saudi Yakin Relasi dengan AS di Bawah Kepemimpinan Biden Bakal "Bersahabat"

Kompas.com - 22/11/2020, 22:19 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

RIYADH, KOMPAS.com - Arab Saudi meyakini, relasi bilateral dengan AS tak banyak mengalami perubahan meski nantinya Joe Biden menjadi presiden.

Saudi, yang merupakan sekutu utama Presiden Donald Trump di Timur Tengah sebelumnya sempat khawatir dengan kemenangan Biden di Pilpres AS 3 November lalu.

Sebabnya, mantan Senator Delaware itu sempat mengutarakan ancaman bakal menjadikan Saudi sebagai "negara pariah" menyusul dugaan pelanggaran HAM.

Baca juga: Aktivis Perempuan Arab Saudi Banyak yang Dilecehkan, Disiksa dan Meninggal di Tahanan

Namun Menteri Negara untuk Urusan Luar Negeri Adel al-Jubeir dalam wawancaranya dengan CNN berujar, mereka menganggap Presiden AS sebagai teman.

"Apakah dia dari Partai Republik atau Demokrat, kami menganggap Presiden AS sebagai teman," kata al-Jubeir dalam wawancara yang dirilis di akhir pekan.

Dia menuturkan pengalaman politik Biden begitu kaya, mengingat dia menjadi Senator Delaware selama 36 tahun, dari 1973 hingga 2009.

"Saya tidak melihat bakal terjadi perubahan besar di bagian kebijakan luar negeri Amerika Serikat," ujar al-Jubeir dikutip AFP Minggu (22/11/2020).

Komentar al-Jubeir muncul ketika Arab Saudi menjadi tuan rumah KTT G-20, dan menjadi kali pertama bagi negara Arab menyelenggarakannya.

Para pegiat HAM menyoroti kepercayaan yang diberikan pemimpin dunia kepada Saudi, mengingat negara kaya minyak itu mempunyai catatan merah di penegakan HAM.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pengepungan Masjidil Haram yang Mengubah Sejarah Arab Saudi

Selama ini, Presiden Trump dan menantu sekaligus penasihatnya, Jared Kushner, berhubungan baik dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Namun, pangeran berjuluk MBS itu diyakini bakal berada dalam posisi tidak menguntungkan dengan Barat jika Biden resmi dilantik pada 20 Januari mendatang.

MBS diprediksi bisa terisolasi dari pergaulan internasional. Tantangan sulit di tengah agendanya melakukan reformasi negara.

Belum lagi tantangan lain yang harus dihadapi seperti menangani kelompok pemberontak Houthi di Yaman, hingga menangkal kalangan oposisi.

Saat berkampanye, Biden sempat mengungkapkan ancaman dia bakal menjadikan negara yang dijuluki petrodolla itu menjadi "pariah".

Baca juga: Penembak Kedubes Arab Saudi di Belanda Berniat Lakukan Terorisme

Para pengamat Saudi menuturkan, bisa jadi ancaman itu hanyalah gertak sambal. Sebab pada Pilpres AS 2016, Trump pernah mengucapkan pernyataan serupa.

Namun begitu dia resmi menjabat pada 20 Januari 2017, relasi presiden berusia 74 tahun tersebut dengan Riyadh begitu cair.

Adel al-Jubeir mengatakan, mereka akan menjalin relasi erat dengan siapa pun Presiden AS setelah dia resmi dilantik, dan menaruh harapan besar padanya.

Dia menuturkan bahwa relasi bilateral sangat diperlukan baik dalam sektor keamanan ekonomi global, keamanan energi, hingga terhadap dunia Muslim.

Baca juga: Pengadilan Houthi Yaman Hukum Mati 21 Mata-mata Koalisi Arab Saudi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com