Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka-duka Kota dengan Nama Aneh: Dari Dildo, Boring, hingga Hell

Kompas.com - 22/11/2020, 16:40 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

"Jika mereka mengubah nama menjadi sesuatu yang generik, mereka tidak lagi beda dari yang lain," ujarnya.

Tak selalu sejalan keinginan warga

Asbestos mungkin tidak ingin jadi pusat perhatian namun di mata para pakar merek, melepaskan warisan sejarahnya tidak akan mudah, bahkan dengan nama seperti Phénix atau Trois-Lacs.

"Akan sangat mudah bagi calon investor yang hendak pindah ke sana untuk menemukan bahwa kota ini dulunya bernama Asbestos," kata Andrea Insch, peneliti di Universitas Otago, Selandia Baru, yang berspesialisasi dalam pemasaran lokasi.

"Anda tidak bisa mengubur sejarah semudah itu, lalu keesokan harinya bangun, dan ini sudah jadi kota yang baru."

Beberapa komunitas lebih beruntung dari yang lain dalam mengganti namanya demi keuntungan finansial. Setelah diolok-olok dalam film hit tahun 2002, Ali G Indahouse, kota Staines di Inggris mengumumkan pada 2012 bahwa mereka mengganti namanya menjadi Staines-upon-Thames.

Baca juga: Penggantian Nama Kota di India Picu Kontroversi

Dipimpin oleh sebuah forum bisnis lokal, idenya ialah mencegah kota itu dikaitkan dengan film tersebut dan mengubah citra Staines menjadi pusat bagi bisnis perusahaan rintisan dengan menekankan kedekatan lokasinya dengan London.

Prakarsa lainnya sulit untuk sukses, biasanya karena kepentingan ekonomi dan kepentingan warganya tidak selalu selaras.

Empat tahun lalu, sekelompok pekerja di Blenheim, salah satu pusat industri anggur dan perhotelan di Selandia Baru, meluncurkan kampanye untuk mengganti nama daerahnya menjadi Marlborough City untuk memanfaatkan turisme anggur dan pengakuan global akan wilayah anggur Marlborough.

Namun kendati mendapat dukungan dari badan turisme setempat dan perusahaan anggur, kampanye itu akhirnya dibatalkan setelah menuai protes dari warga Blenheim.

"Saya pikir kita akan menyaksikan sedikitnya 10 hingga 15 persen peningkatan pendapatan dari turisme dengan rencana kami ini," kata Mitchell Gardiner, yang menginisiasi kampanye itu.

Baca juga: Nama Kota Terpanjang Sedunia Disandang Bangkok!

"Tapi situasi memanas begitu cepat dan tanggapan negatif dari masyarakat begitu hebat. Saya diserang di supermarket. Saya masih berpikir ada kemungkinan untuk melakukannya di masa depan, tapi mungkin harus menunggu satu atau dua generasi lagi."

Dalam pemilihan yang akan datang, warga Asbestos tidak diberi pilihan untuk mempertahankan namanya, meskipun beberapa warga tetap keberatan dengan perubahan nama. Namun Insch berkata mengelola emosi seperti itu secara sensitif sangat penting bila kota itu ingin sukses mengubah citranya.

"Anda harus mempertimbangkan perspektif warga kota, mengapa mereka begitu defensif dengan nama itu dan ingin mempertahankannya," ujarnya.

Dewan kota Asbestos berkata visi utama di balik pergantian nama itu adalah memperbaiki prospek bagi generasi yang akan datang.

Baca juga: Nama Kota Ungaran yang Tertulis Unga Menjadi Pertanyaan Warga

Mereka berharap manfaatnya akan muncul setidaknya dalam satu dekade. Oleh karena itu pula, mereka menetapkan batas usia untuk pemilihan suara pada 14 tahun.

"Kami sangat realistis dengan ini," kata Payer. "Kami tidak berharap akan ada keajaiban besar dan tiba-tiba semuanya akan datang ke sini. Kami merasa dampak positif akan mulai terlihat dalam lima, barangkali 10 tahun, karena itu kami melibatkan generasi muda.

"Anak-anak muda ini akan tinggal di kota ini jauh lebih lama dari kami. Demi mereka, ketika Anda kehilangan satu saja pekerjaan karena nama kota asal Anda, itu sudah terlalu banyak.

"Kami percaya bahwa dengan mengubah nama, kami menatap masa depan, dan menciptakan cara untuk maju dan mengembangkan ekonomi dengan baik."

Baca juga: Bale, Nama Kota di Wales selama Piala Eropa 2016

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com