Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Afghanistan Optimis Kesepakatan Damai dengan Taliban sudah "Sangat Dekat"

Kompas.com - 22/11/2020, 10:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

KABUL, KOMPAS.com - Seorang pejabat senior Afghanistan mengatakan kesepakatan damai pemerintah Afghanistan dan Taliban "sangat dekat" setelah memecahkan kebuntuan dalam masalah dari kedua belah pihak.

Pembicaraan damai telah dimulai di Doha pada 12 September, tetapi ada banyak masalah tentang ketidaksepakatan, meliputi kerangka dasar diskusi dan interpretasi agama.

Sementara, kekerasan masih terus berkecamuk di Afghanistan dengan serangkaian serangan roket, terakhir pada Sabtu (21/11/2020) di Kabul, yang menewaskan sedikitnya 8 orang.

Melansir AFP pada Sabtu (21/11/2020), Taliban, yang merupakan garis keras Sunni, membantah bertanggung jawab dan serangan itu diklaim oleh kelompok ISIS.

Baca juga: 23 Roket Hantam Afghanistan, 8 Orang Tewas, 31 Orang Luka-luka

"Kami belum bergerak ke arah diskusi tentang substansi utama negosiasi, agenda utama," kata Abdullah Abdullah, ketua Dewan Tinggi Rekonsiliasi Nasional Afghanistan, dalam sebuah wawancara dengan AFP selama kunjungan ke Turki.

Namun, ia memberikan alasan untuk optimisme. "Kami dekat, kami sangat dekat. Mudah-mudahan kami melewati fase ini dan sampai pada masalah substansial" termasuk keamanan.

Komentar Abdullah datang sehari setelah seorang pemimpin senior Taliban yang berbasis di Pakistan mengatakan kepada AFP bahwa "kemajuan yang memadai" telah dibuat pada poin-poin penting yang mencuat.

Abdullah mengadakan pembicaraan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Jumat di Istanbul, saat Afghanistan mencari dukungan untuk negosiasi dari Turki.

Baca juga: Pemimpin Pasukan Australia SAS Paksa Anggota Baru Bunuh Tahanan di Afghanistan

Pasukan Turki telah mengambil bagian dalam Pasukan Bantuan Keamanan Internasional NATO di Afghanistan, sementara Turki juga telah menjadi negara transit bagi warga Afghanistan yang melarikan diri dari kekerasan dan mencari perlindungan di Eropa.

Abdullah juga mengatakan pasukan AS harus mundur dari Afghanistan "jika persyaratan terpenuhi".

Pemerintahan Presiden Donald Trump mengatakan pada November, bahwa akan menarik 2.000 dari 4.500 tentaranya dari Afghanistan pada Januari.

Abdullah memperingatkan bahwa langkah itu akan memiliki "beberapa dampak".

Presiden terpilih AS Joe Biden juga menganjurkan untuk meredakan perang.

Baca juga: Usai Ditinggalkan Trump, Apa yang Bisa Afghanistan Harapkan dari Biden?

Fleksibel

"Pesan saya kepada pemerintahan selanjutnya adalah, untuk melihat kondisi karena pasukan itu ada di sana karena suatu alasan. Mereka ada di sana untuk membantu dalam perang melawan terorisme, dan juga mendukung lembaga-lembaga Afghanistan," kata Abdullah.

Pembicaraan damai di ibu kota Qatar dimulai setelah Taliban dan Washington menandatangani kesepakatan pada Februari, di mana AS setuju untuk menarik pasukannya pada pertengahan 2021.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com