Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puncak Gunung Everest "Tempat Sampah Tertinggi di Dunia"

Kompas.com - 21/11/2020, 09:39 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

KATHAMANDU, KOMPAS.com - Puncak Gunung Everest perlahan dapat disebut sebagai "tempat sampah tertinggi di dunia" dari sebuah penelitian yang menunjukkan banyaknya jejak mikroplastik.

Tenda neon, peralatan pendakian yang dibuang, tabung gas kosong, dan bahkan tinja beku telah lama mengotori rute ke puncak gunung setinggi 8.848 meter itu, sehingga dapat disebut seperti "tempat sampah tertinggi di dunia".

Dalam studi pertama mikroplastik di Everest, oleh tim peneliti bagian dari National Geographic dan Rolex Perpetual Planet Everest Expedition pada 2019, polutan kecil ditemukan di ketinggian 8.440 meter di atas permukaan laut.

Tingkat konsentrasinya tidak lebih tinggi di area base camp para pendaki.

Baca juga: Mainan Star Wars Langka Senilai Rp 7 Miliar Ditemukan di Tumpukan Sampah

Penemuan yang mengungkapkan potensi ancaman terhadap Gunung Everest yang ditimbulkan oleh polutan plastik tersebut diterbitkan dalam jurnal lingkungan One Earth pada Jumat (20/11/2020).

"Sampel tersebut menunjukkan jumlah serat poliester, akrilik, nilon, dan polipropilen yang signifikan," kata penulis Imogen Napper, seorang penjelajah National Geographic dan ilmuwan yang berbasis di Universitas Plymouth di Inggris, dalam sebuah pernyataan.

"Sungguh mengejutkan saya menemukan mikroplastik di setiap sampel salju yang saya analisis," tambahnya seperti yang dilansir dari AFP pada Jumat (20/11/2020).

Ia juga mengungkapkan bahwa "Gunung Everest adalah tempat yang selalu saya anggap terpencil dan alami. Bahwa kita mencemari hampir di puncak gunung tertinggi (di dunia) adalah kenyataan yang perlu diketahui."

Baca juga: Kepala Manusia Ditemukan di Tong Sampah, Sempat Ditunjukkan Pelaku ke Anak-anak

Momok lingkungan

Mayoritas pakaian luar ruangan yang dikenakan oleh para pendaki di Everest terbuat dari kain sintetis. Tenda, tali panjat, dan perlengkapan lainnya juga menggunakan material tersebut.

"Kami sangat curiga bahwa jenis barang ini adalah sumber utama polusi daripada barang-barang seperti wadah makanan dan minuman," kata Napper.

Ia mengacu pada penumpukan sampah di puncak gunung setelah beberapa dekade pendakian komersial.

Pada 2019, tim beranggotakan 14 orang menghabiskan 6 pekan untuk mencari sampah di base camp Everest dan di Camp 4, yang tingginya hampir 8.000 meter.

Baca juga: PBB: Warga Gaza Mengais Sampah Demi Mendapatkan Makanan

Mereka membersihkan gunung dan menemukan empat mayat serta mendapatkan lebih dari 10 ton botol plastik, kaleng, dan peralatan mendaki.

Studi tersebut juga menunjukkan kemungkinan mikroplastik yang ditemukan di Gunung Everest, karena tertiup dari tempat lain oleh angin Himalaya yang kuat.

Para peneliti juga menemukan mikroplastik di aliran sungai di bawah puncak Himalaya yang terkenal, tetapi konsentrasinya lebih rendah daripada yang ditemukan di salju.

Tahun lalu, para ilmuwan melaporkan partikel kecil plastik mengendap setiap hari di setiap meter persegi di daerah dataran tinggi yang tidak berpenghuni di Pyrenees yang melintasi Perancis dan Spanyol.

Baca juga: Bahaya, Dasar Laut Tercemar 14 Juta Ton Sampah Plastik Mikro

Sampah plastik, dan partikel kecil yang terurai, telah muncul dalam beberapa tahun terakhir sebagai bencana lingkungan utama.

Hingga 12 juta ton plastik diperkirakan memasuki lautan dunia setiap tahun, dan jutaan lainnya menyumbat saluran air dan tempat pembuangan sampah di pedalaman.

Para ilmuwan baru sekarang mulai mengukur kerusakan pada satwa liar dan potensi dampaknya pada kesehatan manusia.

Baca juga: Bocah Pemulung 5 Hari Tertimbun Longsoran Sampah Setinggi 30 Meter di India

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com