Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orang yang Sembuh dari Covid-19 Terbukti Bisa Terinfeksi Ulang

Kompas.com - 17/11/2020, 13:51 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Kasus teranyar infeksi Covid-19 untuk kali kedua dalam beberapa bulan setelah sembuh dilaporkan terjadi pada seorang lelaki berusia 25 tahun dari Washoe County, Nevada, Amerika Serikat (AS).

Dalam rentang waktu 48 hari, dia dua kali dinyatakan positif dua jenis infeksi SARS-CoV-2 berbeda strain.

Sebelumnya, pada April, untuk kali pertama dia dinyatakan positif Covid-19. Infeksi Covid-19 kali kedua dilaporkan terjadi pada Juni dan memicu gejala lebih cepat dan lebih gawat dari infeksi pertama.

Pasien dilaporkan mengalami demam tinggi, nyeri kepala, batuk, pusing, mual-mual, dan diare. Setelahnya, ia segera dilarikan ke rumah sakit.

Ia kini kembali dinyatakan sembuh dan sudah pulang dari rumah sakit.

Hasil riset yang dirilis dalam jurnal ilmiah The Lancet - Infectious Diseases itu menjadi kasus infeksi ulang Covid-19 kelima sedunia yang terdokumentasikan dengan resmi. Empat kasus infeksi ulang lainnya terjadi di Belgia, Belanda, Hongkong, dan Ekuador.

Baca juga: Biden Peringatkan Banyak Orang Bakal Mati karena Covid-19 jika Trump Tak Bekerja Sama

Pertanyaan menyangkut imunitas

Walaupun kasus global infeksi ulang SARS-Cov-2 resminya hanya lima, para peneliti memperkirakan ada kasus serupa yang tanpa gejala. Para peneliti mengakui, masih banyak yang belum diketahui terkait infeksi virus SARS-Cov-2, juga bagaimana reaksi sistem kekebalan tubuh.

''Namun, hasil riset kami menunjukkan indikasi bahwa mereka yang sudah terinfeksi Covid-19 tidak berarti mutlak terlindungi dari infeksi berikutnya di masa mendatang,'' ujar Mark Pandori dari Nevada State Public Health Laboratory di Nevada University, yang merupakan penulis utama riset itu.

“Penting untuk diperhatikan bahwa ini temuan individual dan bukan fenomena yang bisa ditarik secara general. Masih diperlukan riset berikutnya untuk tema ini,“ tegas Pandori lebih lanjut.

Akan tetapi, adanya kemungkinan infeksi ulang Covid-19 pada beberapa pasien memiliki dampak besar pada pemahaman imunitas, khususnya pada saat belum adanya vaksin yang ampuh dan efektif.

Baca juga: Saking Kewalahan, RS di Dakota Utara AS Gunakan Perawat Positif Covid-19 Tanpa Gejala

Terinfeksi dua strain berbeda

Genom dari sampel virus pasien di Nevada dianalisis, sekuensnya dari sampel kasus April dan kasus Juni menunjukkan perbedaan genetis yang signifikan.

“Ini menunjukkan dengan tegas, pasien terinfeksi dua kali oleh dua strain virus SARS-CoV-2 yang berbeda,“ demikian kesimpulan para peneliti.

Dalam empat kasus lainnya, hanya pasien di Ekuador yang menunjukkan gejala Covid-19 berat pada infeksi pertama.

''Kami memerlukan lebih banyak riset untuk memahami berapa lama imunitas orang yang terpapar SARS-CoV-2 bertahan? Dan mengapa pada infeksi kedua lainnya, walau kasusnya jarang, tetapi gejalanya jauh lebih parah,'' ujar Pandori.

Sejauh ini memang hanya ada segelintir kasus resmi terinfeksi ulang Covid-19.

''Namun, itu bukan berarti kasusnya tidak banyak karena juga banyak kasus infeksi virus corona yang tanpa gejala. Saat ini, kami hanya bisa berspekulasi mengenai penyebab infeksi ulang,'' sambung Pandori.

Baca juga: Studi Sebut Covid-19 Diduga Muncul di Italia sejak September 2019

Beragam hipotesis

Menimbang gejala berat kasus infeksi ulang, para peneliti menarik beberapa hipotesis. Pasien kemungkinan terinfeksi beban virus sangat tinggi, hingga pada kasus infeksi kedua memicu reaksi imunitas tubuh jauh lebih kuat.

Atau infeksi kedua muncul akibat strain virus yang lebih ganas.

Hipotesis berikutnya disebut Antibody-Dependent-Enhancement (ADE), di mana virus justru memanfaatkan sistem kekebalan tubuh untuk menginfeksi organismenya dengan lebih masif dan kuat. Hal ini diamati dalam kasus infeksi oleh Beta-Coronavirus SARS-CoV.

Mekanismenya, antibodi yang diperkuat oleh infeksi mengikat permukaan virus, tetapi tidak memeranginya.

Sebaliknya, membantu agar virus diterima lebih baik oleh sel tubuh. Dengan begitu, perkembangbiakan virus justru didorong.

Baca juga: Bangsal Perawatan Intensif untuk Pasien Covid-19 di Romania Terbakar, 10 Orang Tewas

Kemungkinan lain walaupun kecil juga menjadi pertimbangan para peneliti di AS itu, yakni infeksi yang berlangsung kontinu, yang memicu aktivasi dan deaktivasi virusnya.

Hal ini bisa terjadi jika virus SARS-CoV-2 pemicu Covid-19 mengalami mutasi, dengan laju tertentu yang tidak secepat mutasi virus influenza.

Juga ada kemungkinan penjelasan, pasien terinfeksi kedua strain virus secara bersamaan. Dalam tes pada April, strain kedua tidak terlacak karena strain pertama sangat aktif.

Sementara pada Juni, strain kedua makin menguat dan strain pada April sudah sangat lemah.

Para peneliti mengakui, mereka belum memiliki kemampuan untuk melakukan analisis dan penilaian reaksi imunitas tubuh maupun keampuhannya terhadap kasus infeksi pertama.

Baca juga: Tak Mau Lengah, Kim Jong Un Perintahkan Sistem Darurat Covid-19 Diperketat

Sementara untuk kasus infeksi kedua, mereka sudah bisa menilai sepenuhnya jawaban sistem imunitas tubuh.

Sementara itu, pakar imunologi Akiko Iwasaki dari Yale University, AS, yang tidak terlibat penelitian turut membuat komentar.

"Semakin banyak kasus infeksi ulang diketahui, akan semakin bagus karena kemiripan ilmiahnya bisa diketahui, seperti bagaimana perlindungan tubuh berfungsi dan sesering apa infeksi alamiah dengan SARS-CoV-2 memengaruhi derajat imunitas," ujar Iwasaki.

Informasi ini menjadi kunci untuk memahami vaksin mana yang memiliki keampuhan untuk menciptakan imunitas personal ataupun kekebalan kelompok yang disebut herd immunity.

Baca juga: Kontak dengan Orang Positif Covid-19, PM Inggris Boris Johnson Dikarantina Lagi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com