Pada 6 Oktober PM Armenia Nikol Pashinyan mengatakan, bantuan Turki untuk Azerbaijan adalah penyebab pertempuran tersebut dan yakin bakal dibantu Rusia.
Keesokan harinya otoritas separatis mengatakan, separuh dari 140.000 penduduk Stepanakert telah diungsikan.
Kemudian pada 8 Oktober Katedral Ghazanchetsots situs ikonik untuk Gereja Apostolik Armenia di Karabakh dibom.
Selanjutnya tanggal 10 Oktober setelah perundingan dengan Rusia, Armenia dan Azerbaijan mengumumkan gencatan senjata tapi baru beberapa menit sudah dilanggar.
Baca juga: Azerbaijan Tembak Jatuh Helikopter Rusia di Perbatasan Armenia
Pada 14 Oktober Yerevan mengatakan, mereka berhak menyerang infrastruktur atau situs militer mana pun di Azerbaijan.
Sehari kemudian Stepanakert dilanda pengeboman lagi. Dua hari selanjutnya Azerbaijan berjanji bakal membalas kematian 13 warga sipil dalam serangan rudal malam hari di Ganja.
Separatis Armenia mengonfirmasi adanya serangan balasan, dan menuduh Baku menargetkan infrastruktur sipil.
Pada 18 Oktober gencatan senjata yang baru disepakati dilanggar lagi. Armenia dan Azerbaijan kembali saling menyalahkan.
Setelah PBB mendesak untuk menghormati gencatan senjata, PM Armenia pada 21 Oktober tidak memedulikan solusi diplomati.
Keesokan harinya Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, jumlah korban tewas dalam lebih dari 3 minggu pertempuran mendekati 5.000 orang.
Pada 26 Oktober gencatan senjata ketiga juga dilanggar lagi.
Baca juga: Azerbaijan Klaim Rebut Shusha, Kota Penting di Nagorno-Karabakh
Pada 31 Oktober PM Armenia meminta bantuan Putin, dan Moskwa mengatakan siap memberi bantuan yang diperlukan kepada Armenia jika pertempuran meluas ke wilayah Armenia.
Namun Baku mengatakan, mereka tidak berniat melancarkan serangan militer ke Armenia.
Pada 2 November Komisaris Tinggi PBB untuk HAM Michelle Bachelet mengemukakan kemungkinan bahwa kejahatan perang telah dilakukan selama serangan membabi buta terhadap penduduk sipil.
Pada 8 November Azerbaijan mengklaim pasukannya telah merebut Shusha, kota terbesar kedua di Nagorno Karabakh, yang akan menjadi kemenangan besar.