Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seorang Wanita Afghanistan Jadi Buta karena Dilarang Bekerja

Kompas.com - 10/11/2020, 16:13 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KABUL, KOMPAS.com - Hal terakhir yang dilihat oleh Khatera (33 tahun) adalah 3 orang pria mengendarai motor yang menyerangnya setelah dia menyelesaikan pekerjaannya di sebuah kantor polisi di provinsi Ghazni tengah, Afghanistan.

Para pria itu menembaknya dan menikam matanya dengan pisau, seperti yang dilansir dari Reuters pada Selasa (10/11/2020).

Dia terbangun di rumah sakit, tanpa bisa melihat apapun.

"Saya bertanya kepada dokter, 'mengapa saya tidak bisa melihat apapun?' Mereka mengatakan kepada saya bahwa mata saya masih diperban karena luka. Tapi pada saat itu, saya tahu bahwa mata saya telahh diambil," ujar Khatera.

Dia dan otoritas lokal menduga milisi Taliban yang telah melakukan serangan itu. Tetapi, disangkal oleh organisasi tersebut.

Khatera menduga serangan itu dilakukan atas arahan dari ayahnya, yang telah dengan keras menentang dia bekerja di luar rumah.

Baca juga: Menanti Hasil Pilpres AS, Afghanistan Ingatkan Janji Keamanan di Tanahnya

Bagi Khatera, serangan itu tidak hanya menyebabkan hilangnya penglihatannya, tetapi juga kehilangan impian yang telah dia perjuangkan, yaitu untuk memiliki karier mandiri.

Wanita 33 tahun itu bergabung dengan polisi Ghazni sebagai petugas di cabang kejahatan, beberapa bulan lalu.

“Saya berharap saya dapat bertugas di kantor polisi setidaknya satu tahun. Jika ini terjadi pada saya setelah 1 tahun, mungkin bisa meredakan rasa sakit ini," ujarnya.

Namun, kejadian itu terjadi begitu cepat. "Saya hanya bisa bekerja dan mewujudkan impian saya selama tiga bulan," katanya kepada Reuters.

Serangan terhadap Khatera, menunjukkan tren yang berkembang di Afghanistan, kata para aktivis hak asasi manusia.

Reaksi intens dan sering kali mengarah pada kekerasan diberikan kepada terhadap perempuan yang memilih bekerja mandiri, terutama di peran publik.

Dalam kasus Khatera adalah menjadi staff kepolisian, yang mana itu juga tidak disenangi oleh Taliban.

Baca juga: Demo Anti-Perancis Menjalar ke Bangladesh, Pakistan, dan Afghanistan

Aktivis hak asasi percaya bahwa norma-norma sosial konservatif Afghanistan dan Taliban semakin berani bertindak di tengah masyarakat sosial, karena mendapatkan pengaruh dari Amerika Serikat yang menarik pasukannya di negara itu.

Taliban saat ini sedang bernegosiasi di Doha, Qatar, dengan pemerintah Afghanistan untuk menengahi kesepakatan damai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com