Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Perang: Terciptanya 2 Korea dari Medan Laga dan Gencatan Senjata Terlama

Kompas.com - 03/11/2020, 14:58 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP,History

SEOUL, KOMPAS.com - Perang Korea dimulai pada 25 Juni 1950, ketika 75.000 Tentara Rakyat Korea Utara terjun melintasi batas paralel ke-38, yang memisahkan Republik Demokratik Korea di Utara yang didukung Soviet, dan Republik Korea di selatan yang pro-Barat.

Invasi ini adalah aksi militer pertama di Perang Dingin. Pada Juli pasukan Amerika Serikat (AS) memasuki medan perang atas nama Korea Selatan, dan seperti biasa mereka memerangi komunisme.

Perang Korea berlangsung 3 tahun dengan berakhir pada Juli 1953. Secara total sekitar 5 juta tentara dan warga sipil tewas dalam perang ini.

Banyak orang AS menyebut Perang Korea adalah "Perang yang Terlupakan", karena perhatian media tidak sebesar Perang Dunia I, Perang Dunia II, atau Perang Vietnam.

Baca juga: Kisah Perang: Burlington Bunker, Kemewahan Masa Lampau yang Terbengkalai di Bawah Inggris

Terbentuknya dua Korea

Sejak awal abad ke-20 Korea menjadi bagian dari kekaisaran Jepang, dan setelah kalahnya "Negeri Sakura" di Perang Dunia II semenanjung tersebut jatuh ke tangan Amerika dan Soviet.

Pada Agustus 1945 dua ajudan muda di Kementerian Luar Negeri AS membagi semenanjung Korea menjadi dua dengan garis paralel ke-38. Rusia menduduki area di utara garis, sedangkan AS menempati sisi selatan.

Dua negara lalu terbentuk di akhir dekade tersebut. Di selatan diktator anti-komunis Syngman Rhee (1875-1965) mendapat dukungan dari pemerintah AS, kemudian di utara bercokol diktator komunis Kim Il Sung (1912-1994) yang ditopang Soviet.

Tak ada satu pun dari mereka yang berdiam diri sesuai jatah wilayah dari garis paralel ke-38, dan konflik di perbatasan sering terjadi. Hampir 10.000 tentara Korut dan Korsel tewas dalam pertempuran sebelum Perang Korea dimulai.

Baca juga: Kisah Perang: 7 Bunker Terbesar di Dunia, Ada Starbucks dan Bioskopnya

Jalannya perang

Invasi Korut membuat AS khawatir itu adalah langkah pertama dalam upaya komunis menguasai dunia. Berpangku tangan bukan pilihan, sehingga para petinggi AS pun memutuskan negaranya turun ke medan perang.

Dikutip dari History, awalnya perang ini bersifat defensif di Korsel untuk mengusir komunis dari Selatan.

Tentara Korea Selatan berjaga di desa Panmunjom, zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea. Secara teknis Korea Utara dan Selatan masih dalam kondisi perang karena Perang Korea 1950-1953 berhenti karena perjanjian gencatan senjata, bukan perjanjian damai.JUNG YEON-JE / AFP Tentara Korea Selatan berjaga di desa Panmunjom, zona demiliterisasi yang memisahkan kedua Korea. Secara teknis Korea Utara dan Selatan masih dalam kondisi perang karena Perang Korea 1950-1953 berhenti karena perjanjian gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Namun militer Korut jauh lebih terlatih dan lengkap peralatannya. Sebaliknya pasukan Korsel ketakutan, bingung, dan cenderung kabur dari medan perang jika ada gejolak.

Suhu udara saat itu juga menjadi momok tersendiri bagi tentara AS, karena Korea mencatatkan salah satu musim panas terpanas dan terkering dalam sejarah.

Akibatnya, banyak tentara Amerika yang kehausan dan terpaksa minum air sawah yang sudah bercampur kotoran manusia. Penyakit usus pun menyebar disertai penyakit-penyakit lainnya.

Baca juga: Kisah Perang: Di Rumput yang Coklat, Sepak Bola Bangkitkan Denyut Nadi Aleppo

Pada akhir musim panas Presiden Harry Truman dan Jenderal Douglas MacArthur yang bertanggung jawab atas medan perang Asia, memutuskan tujuan perang baru. Bagi Sekutu, Perang Korea kini menjadi ofensif, untuk "membebaskan" Utara dari komunisme.

Awalnya strategi baru ini sukses. Serangan amfibi di Incheon yang disebut Inchheon Landing mendorong Korut keluar dari Seoul dan kembali ke wilayahnya sesuai pembagian garis paralel ke-38.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com