Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilpres AS 2020: Beberapa Negara Asia Dambakan Trump Kembali jadi Presiden

Kompas.com - 31/10/2020, 18:49 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Donald Trump adalah salah satu presiden Amerika Serikat (AS) yang pernah menjabat dengan berbagai kebijakan kontroversialnya. Meski, begitu dia didamba sebagian masyarakat Asia untuk dapat menang dalam Pilpres AS 2020.

Mengejar kebijakan "America First" secara terbuka ia menghina berbagai negara, seperti menyebut para pemimpin Eropa lemah hingga menggambarkan orang Meksiko sebagai pemerkosa, dan bersitegang dengan China karena berbagai konflik.

Meski begitu, sebagian masyarakat Asia masih ada saja yang mendukungnya dengan berbagai alasan, berikut seperti yang dilansir dari BBC pada Sabtu (31/10/2020):

Baca juga: Setelah Trump, Twitter Tandai dan Hapus Twit Mahathir soal Perancis

Hong Kong: "Hanya Trump yang dapat memukul Partai Komunis"

Hong Kong telah melihat tindakan keras Beijing setelah protes besar-besaran pro-demokrasi dan anti-China, disusul dengan pemberlakukan UU Keamanan Nasional baru untuk Hong Kong, untuk menghukum siapa pun yang dianggap separatis atau merusak aturan Beijing.

Para aktivis dan pengusaha mengatakan bahwa prioritas Hong Kong adalah untuk mendapatkan presiden AS yang akan "memukul Partai Komunis China (Chinese Communist Party/CCP) dengan keras, itulah satu-satunya hal yang diharapkan pengunjuk rasa Hong Kong".

"Ketika Donald Trump terpilih 4 tahun lalu, saya pikir AS sudah gila," kata Erica Yuen kepada BBC.

"Saya selalu menjadi pendukung Demokrat. Sekarang, saya mendukung Trump, bersama dengan banyak pengunjuk rasa Hong Kong," ujar Yuen.

Harapan ini dipicu oleh kritik vokal Trump terhadap China, khususnya yang berkaitan dengan Hong Kong.

Baca juga: Trump atau Biden, Siapa yang Lebih Disukai Warga Arab di Timur Tengah?

Di bawah masa jabatannya, Kongres telah mengeluarkan undang-undang yang mencabut status khusus Hong Kong, yang memberikan perlakuan ekonomi preferensial kepada negara karena mereka mengatakan Hong Kong tidak lagi "otonom".

Sanksi juga dijatuhkan kepada kepala eksekutif Hong Kong Carrie Lam dan 10 pejabat tinggi lainnya dari Hong Kong dan China daratan.

Lawan Trump, Joe Biden, juga telah berjanji untuk "menghukum" China atas tindakannya terhadap Hong Kong, dan menyebut pemimpin China, Xi Jinping sebagai "preman".

Namun bagi Yuen, yang membuat berbeda adalah bahwa pemerintahan saat ini telah menjadi "yang pertama mengambil keputusan bahwa CCP merugikan dunia".

"Saya tidak tahu mengapa pemerintahan Obama dan Clinton tidak menyadarinya. Mereka terlalu naif dan berpikir CCP akan memilih jalan demokrasi dan menjadi masyarakat modern. Tapi, itu terbukti tidak benar."

Dia sadar bahwa Hong Kong rentan terhadap dampak ekonomi apa pun dari konflik antara Washington dan Beijing.

"Anda tidak dapat merugikan CCP tanpa merugikan Hong Kong. Tapi, kami siap untuk penderitaan jangka pendek, kami bersedia berkorban," ujarnya.

Baca juga: Situs Web Kampanye Trump Dibajak, Tim Siapkan Penyelidikan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com