Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Melambung, RS di Eropa Kewalahan Tampung Pasien

Kompas.com - 30/10/2020, 14:51 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Sistem perawatan kesehatan di Eropa terancam kewalahan menghadapi pandemi Covid-19 jika negara-negara Uni Eropa tidak segera mengambil tindakan.

Hal itu disampaikan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Kamis (29/10/2020).

Dia menyampaikan hal itu kepada para pemimpin Uni Eropa melalui konferensi video untuk membahas perkembangan pengujian Covid-19, strategi vaksinasi, serta meningkatkan koordinasi dalam memerangi lonjakan jumlah infeksi di seluruh benua.

Von der Leyen mengatakan bahwa Uni Eropa telah menyediakan anggaran 220 juta euro (Rp 3,52 triliun) untuk segera memindahkan pasien Covid-19 melintasi perbatasan untuk perawatan di negara anggota lainnya.

Baca juga: Azerbaijan-Armenia Langgar Gencatan Senjata, Begini Reaksi Uni Eropa

Dia mengatakan sedang mengintensifkan upaya untuk mendapatkan vaksin potensial.

Uni Eropa sekarang sedang dalam pembicaraan dengan empat perusahaan untuk mendapatkan vaksin Covid-19, dan telah menandatangani kesepakatan pasokan dengan tiga lainnya termasuk AstraZeneca, Sanofi dan Johnson & Johnson.

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 1,3 juta kasus virus corona baru dikonfirmasi di Eropa sepanjang pekan lalu. Banyak rumah sakit di sana mulai kewalahan menerima pasien Covid-19.

Ketika Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol menerapkan lockdown parsial, 27 pemimpin Uni Eropa merasa perlu untuk mengadakan pembicaraan mendesak.

"Saya mengerti betapa lelah dan khawatirnya setiap orang, tetapi sekaranglah waktunya untuk bersabar, tekad, dan disiplin bagi kita semua," kata von der Leyen.

Baca juga: Inggris Akan Langgar Ketentuan Brexit, Uni Eropa Tempuh Jalur Hukum

Koordinasi yang lebih baik

Seruan untuk koordinasi yang lebih baik antara negara-negara anggota semakin kencang. Para pemimpin ingin menghindari adanya perpecahan yang membayangi blok ketika pandemi pertama kali muncul, di mana mereka saling bersaing untuk mendapatkan pasokan peralatan medis yang seketika langka di pasaran.

Strategi pengujian dan penelusuran yang kuat telah menjadi prioritas sejak krisis dimulai tetapi sejauh ini "di tingkat Eropa, rencana tindakan ini belum mencapai hasil yang diinginkan", Presiden Dewan Eropa Charles Michel, mengatakannya di awal pertemuan.

Von der Leyen setuju bahwa perlu ada "pengujian besar-besaran" dan mengatakan bahwa sistem perawatan kesehatan Eropa berisiko kewalahan "jika kita tidak bertindak segera".

Von der Leyen, yang adalah seorang ahli epidemiologi sebelum akhirnya terjun ke dunia politik, menyerukan negara-negara Eropa untuk mengumpulkan data virus corona karena penggunaan uang yang baik membutuhkan informasi yang baik sebagai gantinya.

Dia juga memperingatkan bahwa negara-negara Eropa bertindak terlalu cepat untuk mencabut kebijakan lockdown setelah gelombang pertama infeksi awal tahun ini.

Baca juga: Putin Sindir Sanksi AS dan Uni Eropa: Pembebasan Sanksi Akan Jadi Penolong Perekonomian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kementerian Kehakiman AS Akan Golongkan Penggunaan Ganja Kejahatan Tingkat Rendah

Kementerian Kehakiman AS Akan Golongkan Penggunaan Ganja Kejahatan Tingkat Rendah

Global
Staf Klinik Australia Pura-pura Sibuk Saat Menteri Datang, Ada Pasien Gadungan Juga

Staf Klinik Australia Pura-pura Sibuk Saat Menteri Datang, Ada Pasien Gadungan Juga

Global
Imbas Protes Anti-Israel, Gerai Ayam Kentucky AS di Aljazair Dibuka Tanpa Logo

Imbas Protes Anti-Israel, Gerai Ayam Kentucky AS di Aljazair Dibuka Tanpa Logo

Global
Eks Bos Kripto Binance Changpeng 'CZ' Zhao Dihukum 4 Bulan Penjara

Eks Bos Kripto Binance Changpeng "CZ" Zhao Dihukum 4 Bulan Penjara

Global
Drone Ukraina Serang Kilang Minyak Rosneft Rusia di Ryazan

Drone Ukraina Serang Kilang Minyak Rosneft Rusia di Ryazan

Global
Serangan Rudal Rusia Tewaskan 3 Orang di Odessa Ukraina

Serangan Rudal Rusia Tewaskan 3 Orang di Odessa Ukraina

Global
Galon Air Jadi Simbol Baru Demonstran Pro-Palestina di Kampus AS

Galon Air Jadi Simbol Baru Demonstran Pro-Palestina di Kampus AS

Global
Pria Turkiye Tewas Ditembak Usai Tikam Polisi Israel di Yerusalem

Pria Turkiye Tewas Ditembak Usai Tikam Polisi Israel di Yerusalem

Global
Intelijen India Dilaporkan Sempat Menyusup ke Australia, Diusir pada 2020

Intelijen India Dilaporkan Sempat Menyusup ke Australia, Diusir pada 2020

Global
Polisi AS Tangkapi Pedemo Pro-Palestina di Universitas Columbia

Polisi AS Tangkapi Pedemo Pro-Palestina di Universitas Columbia

Global
Abu Vulkanik Erupsi Gunung Ruang Sampai ke Malaysia

Abu Vulkanik Erupsi Gunung Ruang Sampai ke Malaysia

Global
Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Global
Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Global
China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

Global
Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com